Selasa 20 Aug 2013 11:07 WIB

5 Cara Agar Anak Tak Lupa Berterima Kasih

Berbincang hangat dengan anak akan membantu membentuk perilakunya/ilustrasi
Foto: parentdish.co.uk
Berbincang hangat dengan anak akan membantu membentuk perilakunya/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ron Taffel PhD dalam Teaching Kids to be Grateful, dalam Parents mengatakan, sebagian anak-anak masa kini tak sepenuhnya sadar apa yang dilakukan orang tuanya untuk bisa memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga. ''Hanya sedikit anak yang bisa melihat dan memahami dengan jelas apa yang dilakukan orang tuanya untuk mencari nafkah,'' kata Taffel.

Karena itu, tak mengherankan jika mereka tak bisa menghubungkan seberapa berat orang tuanya bekerja dengan apa yang mereka dapatkan dari kerja keras itu. ''Tapi, Anda mempunyai kekuatan untuk membalikkan keadaan,'' katanya. Taffel memberikan lima cara untuk memupuk rasa menghargai dan terima kasih anak:

 

Tingkatkan harapan Anda

Jika Anda tak berharap anak Anda mengucapkan terima kasih, ia tak akan pernah tahu cara menyatakannya. Bantulah ia dengan cara mendorongnya mengatakan, 'tolong ...' dan 'terima kasih'. Bantu juga ia menghubungkan antara perbuatan baik dan kata-kata yang pantas. Misalnya, katakanlah, ''Ibu melakukan sesuatu yang menyenangkan buat Adik. Ibu ingin dengar, terima kasih.'' ''Ini bukan cuma sopan santun tapi juga mengajarkan empati,'' kata Taffel. Dan, jangan lupa mengucapkan terima kasih jika anak sudah menyampaikan ucapan itu secara spontan.

 

Contoh, contoh, dan contoh 

Anak-anak lahir sebagai peniru. Jadi, jika Anda menunjukkan penghargaaan pada orang lalin, mereka akan melakukannya juga. Ingatlah selalu untuk mengatakan terima kasih pada pelayan yang mengantarkan makanan ke meja Anda di restoran, pada kasir di pasar swalayan, pada tukang sampah yang mengangkut sampah dari rumah, dan banyak lagi. Tak lupa juga mengucapkan pada si kecil saat ia melakukan suatu perbuatan yang baik. Misalnya, saat ada tamu, ia memelankan suara televisi yang tengah ditontonnya.

 

Hindari Serbainstan

Banyak orang tua yang langsung berusaha mewujudkan keinginan sang anak. Anak langsung mendapatkannya tanpa upaya. Coba perhatikan, berapa banyak anak mendapatkan layanan instan dalam satu hari? Akibatnya, anak merasa semua itu sudah sepantasnya dilakukan untuknya. Sedikit tidak memuaskan, ia bisa langsung ngambek. Biarkan anak melakukan hal-hal yang bisa dilakukannya sendiri. Bila ia minta sesuatu, hendaknya jangan langsung dikabulkan. Dan, mintalah ia melakukan secara sopan.

 

Ajarkan anak menghargai hari penting Anda

Kita perlu mengajarkan anak untuk mengenali peristiwa penting milik orang tuanya. ''Itu membantu mengajarkan mereka bahwa hidup adalah 'jalan' dua arah,'' kata Taffel. Untuk itu, sesekali jadikanlah Ayah atau Ibu menjadi pusat perhatian. Bantulah si kecil untuk menyiapkan sarapan khusus di hari ulang tahun Ibu atau Ayah.

 

Belajar dalam masyarakat

Ada baiknya orang tua terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Misalnya, terlibat dalam pengumpulan bantuan sosial untuk bencana alam di daerah tempat tinggal. Kegiatan seperti ini memberi kerangka berpikir pada anak tentang hal-hal yang harus disyukuri dalam hidup ini. ''Sekaligus juga memberi gagasan padanya bahwa ada dunia lebih besar lagi, selain dirinya dan keluarga, di luar sana,'' ujar Taffel.

Dalam masyarakat yang didominasi budaya populer sekarang ini, amat kecil kesempatan anak untuk belajar hal-hal yang berkaitan moral baik dari masyarakat. Maka, menurut doktor yang banyak menulis artikel pengasuhan ini, orang tua harus mengambil alih tugas itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement