Selasa 29 Oct 2013 14:10 WIB

Cara Tenangkan Anak yang Hobi Ngamuk

Rep: Desy Susilawati/ Red: Endah Hapsari
Anak marah dan ngamuk/ilustrasi
Foto: growingtoddler.com
Anak marah dan ngamuk/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Mengatasi tantrum terhadap anak tentu saja berbeda-beda tergantung karakter anak. Namun, tentu saja bukan dengan reward. Sebelumnya, kita mesti mengenal dulu karakter anak. Ada anak yang justru malah berteriak ketika sedang marah didekati atau dibujuk. Untuk anak seperti ini, sebaiknya berikan waktu dan jarak dahulu untuk tenang sendiri. “Untuk anak yang mudah marah, pendekatannya harus pelan-pelan,” kata psikolog Indri Savitri.

Sedangkan, ada anak yang bisa tenang dari amarahnya yang tinggi ketika ia mendapatkan pelukan dari sang bunda. Dengan pelukan ini, ia bisa tenang dan bisa mengolah napas serta mengolah detak jantung untuk kembali normal.

Ada pula anak yang mudah tenang dengan cara orang tua mengakui perasaannya saat itu. Katakan kepada anak, “Ibu tahu kamu capek, kamu marah’.” Setelah itu, tenangkan anak. Ada lagi anak yang jika tantrumnya didiamkan, justru malah bertambah kacau. Ini dibutuhkan penanganan yang lebih spesial supaya ia bisa mengelola napasnya lebih teratur. Entah itu pelukan, sentuhan, atau gendongan.

Selain itu, sebaiknya orang tua menghindari hal yang memicu kemarahan anak. Misalnya, anak tidak suka saat tidur dibangunkan, berikan anak waktu tidur sampai ia merasa nyaman, barulah dibangunkan. “Orang tua yang sudah mengenal karakter anaknya saat mengasuh anak, ia tahu celahnya. Jangan sampai membuat anak marah,” ujar Indri menyarankan.

Orang tua sebaiknya memberikan contoh yang baik bagaimana mengatasi emosi di saat sedang marah. Sebelum marah, sebaiknya berpikir dahulu bagaimana mengeskpresikan kemarahan. Untuk anak yang sudah agak besar atau usia sekolah, ajarkan anak untuk bisa mengenali tanda fisik kalau dirinya sedang marah. Misalnya, tangannya mengepal, giginya gemeretak.

Jika tanda tersebut sudah terlihat, ajarkan anak untuk mencoba menenangkan diri dengan cara mengambil napas panjang sebelum anak menangis menjerit dalam meluapkan emosi. “Diperlukan kesadaran anak usia sekolah untuk bisa mengelola emosinya,” ujarnya.

Ini penting diajarkan agar anak tidak mudah terpancing emosinya kala mendapat ejekan teman sebaya. Anak yang mudah marah dan menangis akan menjadi bahan ejekan. “Karena itu, orang tua harus bisa membantu anak meredam emosinya,” kata Indri.

Selain dengan mengambil napas, orang tua juga bisa ajarkan anak untuk meluapkan emosinya dalam bentuk lain. Misalnya, lewat musik, gambar, olahraga, atau hal lain. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement