REPUBLIKA.CO.ID, Lazimnya ibadah lainnya, nikah juga membutuhkan keteguhan dan ketulusan niat. Ragam persoalan yang dihadapi pasangan suami istri, sebagian besar bermuara pada ketidakjelasan niat. Nikah bukan sekadar mendongkrak rezeki atau sebatas mempertemukan dua sejoli dalam ikatan suci.
Melainkan, niat menikah mesti dilandasi ketulusan. “Beribadah kepada Allah SWT,” kata pakar sekaligus konsultan keluarga Mohammad Fauzil Adhim.
Jika dalam pernikahan itu timbul masalah yang mengguncang, Fauzil menilai masalah itu adalah konsekuensi logis dari hidup. Kalau tidak ada masalah patut dipertanyakan. ''Kita harus ingat cita-cita besar berumah tangga. Ada juga berkaitan dengan kewajiban. Ada juga kesalahpahaman, perbedaan cara pandang, sikap, dan persepsi. Itu dapat terjadi dengan siapa pun, dengan istri, dan lain-lain. Perbedaan persepsi ada saja. Sebaiknya, ketika mengalami hal ini jangan dibawa terlalu jauh,'' ujarnya.
Menurut dia, masalah bisa selesai jika ada iktikad baik. Harus ada keinginan sungguh-sungguh. Kedua, harus ridha. Ini membuat orang lapang dada menerima perbedaan. Hati akan jadi tenang.
Dia juga menambahkan, masalah sederhana kalau ada iktikad baik pasti selesai. Sayangnya, terkadang hanya salah satu pihak yang memiliki iktikad baik. ''Ini yang membuat masalah kecil sulit diatasi. Tidak mau mengakui kesalahan. Banyak kasus konflik rumah tangga serius. Ketika niat iktikad baik kuat untuk mencari pemecahan masalah maka masalah menjadi selesai,'' lanjutnya.
Selain itu, pasutri juga harus memiliki sifat ridha. Ini berkaitan dengan menerima apa adanya di rumah tangga. ''Kalau ridha maka yang menerimanya akan lapang dada. Tidak menjadi permasalahan. Kalau sudah tidak ridha, masalah kecil jadi berat. Jika kita sibuk mencari kekurangan pasangan maka akan ada banyak. Kalau mencari sebaliknya maka akan banyak.''