REPUBLIKA.CO.ID, Menjawab pertanyaan itu, psikolog Yati Utoyo berusaha memberi beberapa jawaban. Misalnya hubungan dalam perkawinan menjadi hambar sehingga salah satu pasangan ingin mencari gairah baru. Adanya perbedaan dalam selera seksual. Ketidakharmonisan yang mendalam di antara pasangan. Sikap ingin balas dendam kepada pasangannya. Rasa ingin tahu kepada sesuatu yang baru. Lari dari stres. Atau, menginginkan seseorang yang dapat menaikkan harga diri.
Apakah Anda mengalami salah satu kriteria tersebut? Bila tidak jangan buru-buru mengatakan Anda bakal terhindar dari wabah perselingkuhan ini. Bukan mustahil suatu saat Anda juga akan terjerat ke dalamnya. ''Yang namanya cinta itu perasaan. Jadi sifatnya tidak kekal. Bisa hilang,'' kata Yati mewanti-wanti. Apalagi perselingkuhan itu bisa juga terjadi secara tidak disengaja. Dan ini biasanya terjadi dalam lingkungan pekerjaan.
Umumnya, kata Yati, frekuensi pertemuan antar teman sekantor itu tinggi. Dari sekadar ngobrol biasa bisa berkembang menjadi curhat ke persoalan yang lebih pribadi. Lama kelamaan akan tumbuh cinta platonis. ''Artinya ada rasa sayang pada dia, tapi sadar bahwa perasaan itu tidak boleh berlebihan,'' kata Yati.
Sementara dari pihak laki-laki -- bila yang melakukan affair itu adalah wanita -- merasa dirinya sebagai penyelamat. Artinya, ia merasa yakin bahwa dirinya dibutuhkan. Bisa karena ia dianggap lebih dari pasangan si wanita, atau karena ia bisa memenuhi sesuatu yang tak bisa diberikan oleh pasangan si wanita. Bila sudah seperti ini, tandanya Anda sudah harus introspeksi diri. ''Karena batas antara cinta platonis dan cinta seksual itu sangat tipis,'' kata Yati.