REPUBLIKA.CO.ID, Prof Dr H Ahmad Mubarok MA, guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, memiliki catatan menarik dari pengalamannya sebagai guru dan dosen. Murid-murid atau mahasiswa yang sukses, kata pria kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah ini, sering kali lahir dari keluarga sakinah. Sebaliknya, anak yang gagal sering kali lahir dari keluarga yang tidak sakinah atau broken home. "Jadi, kata kuncinya ada dalam keluarga," ujar Mubarok.
Menurut dia, keluarga sakinah adalah keluarga yang fungsional dalam mengantar keluarga ke tujuan yang ingin dicapai. "Sang ayah berfungsi sebagai seorang ayah, sang ibu berfungsi sebagai seorang ibu, begitu pula anaknya berfungsi sebagai mutiara. Kalau mereka berfungsi, itu menjadi sakinah," jelasnya.
Dari pengalamannya bertahun-tahun sebagai konselor dan dosen, keluarga sakinah mendatangkan manfaat yang sangat besar. "Yang diuntungkan adalah generasi yang lahir pada saat itu. Generasinya adalah generasi yang baik. Siap dididik menjadi sumber daya manusia yang baik dan andal. Tapi kalau keluarga yang nggak sakinah, anaknya pun liar," tegasnya.
Ia kemudian menceritakan kisah pasangan suami istri yang ambil bagian dalam lomba keluarga sakinah tingkat nasional belum lama ini. Keluarga sakinah ternyata tak mesti berasal dari keluarga berpendidikan tinggi. Juara dalam lomba keluarga sakinah itu adalah keluarga sederhana. Sang suami hanya guru SMP dan istrinya guru SD, tetapi keduanya berhasil mengasuh dan mendidik keempat anaknya menjadi 'orang'. Anak-anak pasangan suami istri ini berhasil meraih gelar doktor.
"Saya sempat menanyakan apa resepnya. Sang suami mengatakan, dia selalu mengalah kepada istrinya. Ketika saya tanya istrinya, dia pun bilang selalu mengalah dari suaminya. Ketika keduanya saya pertemukan dan saya tanya mengapa salah satu selalu mengalah dari yang lainnya, mereka serempak menjawab bahwa mengalah itu akhirnya melahirkan kemenangan. Inilah contoh salah satu keluarga sakinah," paparnya.