REPUBLIKA.CO.ID, Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah tujuan setiap manusia yang akan dan sedang membangun keluarga. Mewujudkannya tentu bukan hal yang mudah. Jika tidak hati-hati, baik dalam perencanaan maupun saat mengarunginya, ia akan menjadi bagian dari penderitaan yang tak ada habisnya. Allah SWT memperingatkan kepada setiap orang beriman agar hati-hati dalam hal tersebut.
Firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. At-Taghabun [64]:14).
Ayat di atas menjelaskan bahwa banyak godaan dalam membangun bahtera rumah tangga. Godaan itu terutama datang dari bisikan setan laknatullah. Harus diakui, kemampuan setan dalam menjerumuskan anak manusia ke lembah kenistaan tak perlu diragukan lagi. Karenanya, istri dan anak mampu dia ubah menjadi musuh yang akan menghancurkan cita-cita sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Selain itu, materi dan syahwat termasuk godaan yang mampu menjerumuskan sebuah rumah tangga dalam sebuah kehancuran. Tak jarang seorang istri atau suami berselingkuh karena tidak mendapat kepuasan syahwat lahir dan batin di dalam keluarganya. Tak jarang pula seorang anak frustasi karena malu melihat kelakuan kedua orang tuanya.
Seorang suami, yang seharusnya menjadi seorang pemimpin di keluarga, sering pula menjadi koruptor karena bujukan istrinya yang terus menggerutu karena diperbudak segala macam keinginan. Ayah dan ibu pun terhancurkan kehormatan dan harga diri keluarganya karena perilaku dan akhlak buruk yang diperlihatkan anak-anak yang dilahirkannya. Agar keluarga kita tak terjerumus oleh godaan, ada baiknya kita mengingat sebuah nasihat indah Rasulullah SAW kepada Abu Dzar. "Perkokohlah bahteramu karena samudra ini amat dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan ini amat panjang. Ikhlaskanlah amalmu karena pencatatmu sungguh amat jeli."
Rasulullah SAW pun memberikan gambaran bagaimana seharusnya hidup bersama dalam berumah tangga. "Perumpamaan orang-orang yang menjaga batas-batas Allah SWT dengan mereka yang melanggarnya, bagaikan satu kaum yang menaiki sebuah bahtera. Sebagian mendapat tempat di atas dan sebagian lagi di bawah. Mereka yang di bawah jika ingin air (terpaksa) melewati orang-orang yang di atas, lalu berkata, 'Seandainya kita lubangi (bahtera ini) untuk mendapatkan air, tentu kita tidak lagi mengganggu orang-orang yang di atas.'
Jika orang yang di atas membiarkan keinginan mereka yang di bawah, tentu semua akan binasa. Jika mereka menghalanginya, mereka akan selamat dan selamatlah semuanya." (HR Bukhari dan Tarmidzi).
Dalam mengarungi samudra, terkadang sebuah bahtera miring ke kiri dan ke kanan. Satu saat tenang, dan di saat lain dihempas gelombang. Untuk itu, sejak awal bahtera harus dipersiapkan dan diperkuat segala sisinya. Caranya dengan senantiasa menjaga langkah agar tidak keluar dari tujuan asasinya, serta selalu menjaga keutuhan dan kesejahteraan keluarga.