REPUBLIKA.CO.ID, Saya sudah 13 tahun menikah dan telah memperoleh 2 orang anak. Anak pertama laki-laki umur 12 tahun, anak kedua perempuan umur 10 tahun. Sejak pernikahan suami selau menyeleweng, pulang ke rumah larut malam, dan sering memukul saya dan anak-anak tanpa alasan yang jelas.
Nafkah setiap bulan setelah diminta berulang kali baru diberikan. Itu pun tidak mencukupi untuk biaya hidup saya dan kedua orang anak saya. Terlalu lama saya alami penderitaan ini, akan tetapi untuk bercerai saya masih ragu-ragu. Saya takut tidak sanggup membiayai hidup anak-anak. Orang tua dan seluruh famili menyarankan lebih baik bercerai saja daripada tetap mempertahankan rumah tangga yang sudah retak.
Walaupun perceraian masih saya pertimbangkan namun ada beberapa hal yang ingin saya ketahui: 1. Apakah kebiasaan memukul suami saya dapat dihilangkan? 2. Bagaimana caranya agar suami saya tidak menyeleweng terus-menerus?
Ny. Rita, Jakarta
Jawaban:
Mengubah kebiasaan suami seperti menyeleweng, pulang larut malam, sering memukul Ibu dan anak-anak tanpa alasan yang jelas dan telah berlangsung selama 13 tahun bukanlah hal yang mudah. Ditambah pula akhir-akhir ini pemberian nafkah baru diberikan setelah Ibu meminta berulang kali. Kesabaran Ibu menghadapi perilaku suami yang demikian membuat orang tua dan seluruh keluarga menjadi merasa tidak nyaman, karena itulah mereka mendesak agar Ibu mengambil keputusan untuk bercerai. Keragu-raguan Ibu dalam mengambil keputusan untuk bercerai bisa dimengerti.
Namun Ibu juga harus mempertimbangkan bahwa sikap dan perilaku suami yang demikian itu tidak saja membuat Ibu menderita tetapi juga anak-anak. Mereka tidak merasakan kasih sayang seorang ayah seperti layaknya seorang anak. Mereka akan selalu merasa ketakutan dan bayangan keluarga yang harmonis tidak tergambar dalam kenangannya. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga Ibu bukanlah contoh yang baik bagi anak-anak, apalagi mereka sudah mulai memasuki masa praremaja di mana nilai-nilai dan contoh yang diberikan orang tua akan melekat dan berpengaruh besar pada kehidupan mereka selanjutnya.
Sebaiknya Ibu memantapkan keinginan Ibu untuk mengubah kehidupan Ibu beserta anak-anak. Memang ada baiknya dimulai sejak sekarang. Di samping lingkungan cukup mendukung, ibu masih mempunyai kekuatan dan keberanian. Misalnya dengan mencoba memenuhi kebutuhan ekonomi sedikit demi sedikit dengan cara bekerja. Kembangkan dan tekuni keahlian apa yang Ibu miliki, mungkin suatu saat akan bermanfaat. Bila ini berhasil maka keuntungan yang Ibu dapatkan selain lepas dari ketergantungan ekonomi pada suami juga rasa percaya diri yang besar.
Banyak alasan mengapa suami ibu terus-menerus menyeleweng. Bila dilihat dari tingkat pemenuhan kebutuhan manusia, seseorang dalam setiap perilakunya selalu mengarah pada usaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Tetapi, di sisi lain, bisa juga karena ibu terlalu tergantung pada suami, sehingga apa pun yang dikerjakannya tidak membangkitkan kemarahan ataupun mengoyak harga diri Ibu.
Situasi inilah yang dipergunakan suami untuk melakukan segala sesuatu yang menyenangkan dirinya tanpa sedikitpun mempertimbangkan perasaan ibu yang menderita akibat ulahnya. Bila ibu merasa telah berusaha sebaik-baiknya untuk meladeni suami tetapi perilakunya tidak juga berubah, ada baiknya Ibu mempertimbangkan untuk menemui pihak ketiga secara profesional agar jalan keluar dari masalah ini segera ditemukan.
Kami berharap Ibu secepatnya dapat menemukan keputusan yang tepat bagi masalah yang sedang Ibu hadapi. Namun patut menjadi perhatian apa pun keputusan yang Ibu ambil sebaiknya mempunyai pengaruh positif bagi Ibu dan anak-anak.