REPUBLIKA.CO.ID, Psikiatri dari Universitas Indonesia Dr Suryo Dharmono SpKJ (K) mengatakan, stres pada anak tidak spesifik layaknya orang dewasa. Ini tidak mudah dikenali tanda-tandanya karena keterbatasan cara berkomunikasi. Stres pada anak biasanya lebih disebabkan pola perhatian dan pengasuhan orangtua. Pola pengasuhan yang tidak konsisten akan membingungkan anak.
Selain itu, stres juga terjadi akibat perpisahan atau perceraian orang tua, perubahan dalam komposisi keluarga, menghadapi pertengkaran dan konflik, menghadapi kejahatan, mengalami tindakan kekerasan dari sesama teman (bullying), dan kehilangan sesuatu yang berharga misalnya hewan kesayangan. Bisa juga karena beban tugas di sekolah yang harus diselesaikan secara bertubi-tubi, jelas Suryo.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Satgas Ikatan Dokter Anak, DR Dr Rachmat Sentika SpA MARS. Menurutnya stres pada anak terjadi akibat faktor internal dan eksternal. Penyebab stres internal antara lain gangguan sistem limbik (otak tengah), kekurangn nutrisi seperti AHA dan DHA. Sekitar 24 persen anak Indonesia kekurangan gizi dan gizi buruk, jelas Rachmat.
Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan stres pada anak adalah apabila kebutuhannya tidak terpenuhi. Ini terkait perilaku emosional, fisik, dan rohani.
Faktor eksternal bisa terjadi karena kurang kasih sayang, seperti sering dipukuli dan melihat yang tidak patut, imbuh Rachmat.
Suryo mengungkapkan, stres pada anak dapat diobati dengan terapi bermain. Namun orangtua harus lebih peka terhadap perubahan pola perilaku anak karena stres pada anak tidak spesifik seperti orang dewasa. Selain itu, orangtua juga harus lebih memberikan pola asuh yang tegas. Pasalnya, pola pengasuhan yang tidak tegas akan membingungkan anak. Dia mencontohkan, orangtua biasanya memberikan pujian kepada anak di depan orang lain.Sementara di lain waktu orangtua mengatakan perbuatan anak salah untuk hal yang sama.
Salah satu pola asuh yang dapat diterapkan, ujar Suryo, adalah dengan menggunakan reward system atau sistem memberi penghargaan. Berikan anak penghargaan jika dia bersikap baik, dan lakukan pengabaian jika bersikap sebaliknya, cetus Suryo.
Sedangkan Rachmat menjelaskan, stres pada anak dapat dicegah apabila orangtua mengenal pertumbuhan anak dan memberikan nutrisi yang cukup. Cara mendeteksinya dengan deteksi motoris kasar yaitu menggerakan leher untuk anak usia tiga bulan dan deteksi motoris halus dengan memegang tangan anak dan merangsang dengan mainan. Juga deteksi persepsi lihat dengan permainan ci luk ba, deteksi persepsi dengar dengan mengecek telinga, dan persepsi sosial dengan tidak meninggalkan anak sendiri.
Di samping itu yang terpenting adalah memberikan nutrisi sesuai kebutuhan anak, ujar Rachmat.