Senin 16 Dec 2013 15:33 WIB

Calistung Perlu Diajarkan ke Balita, Ini Caranya

Rep: Dyah Ratna Meta Novi/ Red: Dewi Mardiani
 Anak belajar membaca. (Republika/Aditya Pradana Putra)
Anak belajar membaca. (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Akreditasi Nasional Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Netty Herawati, mengatakan baca-tulis-hitung (Calistung) tetap harus diajarkan pada anak usia di bawah lima tahun. Namun pengajaran calistung sendiri harus dibuat menyenangkan sesuai dengan perkembangan usia anak.

"Saya malah tidak setuju kalau ada pihak yang melarang Calistung untuk diajarkan pada anak-anak usia dini. Pada dasarnya anak-anak itu sudah siap belajar Calistung buktinya mereka bisa mengenal kata," kata Netty di Jakarta, Senin, (16/12).

 

Anak-anak usia empat hingga lima tahun, terang Netty, harus diajarkan Calistung. Pada usia lima tahun, mereka harus memiliki kompetensi meniru bunyi huruf, pada usia enam tahun mereka harus mengenal huruf. Namun, ujar Netty, mengajarkan anak-anak Calistung itu harus dilakukan dengan cara yang  menyenangkan agar mereka tidak merasa tertekan dan  bosan.

Cara mengajarkannya dengan metode bermain yang menyenangkan sehingga mereka mau melakukan secara suka rela. "Misalnya anak-anak diberikan alternatif pilihan dalam belajar huruf. Kalau anak-anak kinestetik diajarkan meniru huruf dengan gerakan  anggota tubuh. Anak-anak juga bisa bermain kata, misalnya diminta menyebutkan nama buah-buahan dengan awalan 'pa'," terang Netty.

Intinya, ujar Netty, ajaklah anak-anak belajar dengan cara yang membuat mereka gembira dan seolah sedang bermain. Hal-hal yang membuat senang anak di antaranya mendengarkan musik, aktivitas bermain, juga aktivitas melakukan  gerakan.

Saat belajar menulis huruf, terang Netty, anak-anak diberikan pilihan menggunakan alat misalnya crayon, pensil warna, atau spidol. Jangan hanya memberikan satu macam alat tulis saja, mereka akan bosan, intinya harus terdapat banyak ragam main.

Sebenarnya, kata Netty, problemnya bukan apa yang diajarkan, namun bagaimana cara mengajarkannya. Kalau anak-anak usia dini tidak diajarkan Calistung malah melanggar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Cara belajar yang menyenangkan itu, terang Netty, dinilai penting. Kalau anak-anak belajar Calistung dengan cara yang tidak menyenangkan, dampak psikologisnya, mereka bisa membaca maupun menulis. Tapi saat mereka remaja atau dewasa mereka tidak suka membaca. "Namun yang sangat penting ditekankan adalah membangun karakter, integritas anak, ini membutuhkan pendidikan bertahun-tahun," kata Netty.

Pada anak-anak usia dini, ujar Netty, hal yang perlu dipersiapkan oleh guru antara lain kemandirian anak. Mereka harus bisa memai sepatu sendiri, makan sendiri, juga ke toilet sendiri.

Sementara itu, Kepala Departemen Program Plan Indonesia, Nono Sumarsono, mengatakan berdasarkan studi mengungkapkan bahwa anak-anak yang mengikuti pendidikan di PAUD lebih siap dalam menghadapi pendidikan di sekolah dasar. "Anak-anak dididik dengan cara bermain secara kelompok maupun individu. Pendekatan PAUD seperti ini mampu merangsang seluruh potensi kecerdasan anak agar dapat berkembang secara optimal karena anak merasa aman dan menikmati kegiatan yang menyenangkan."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement