Jumat 27 Dec 2013 10:12 WIB

Penyebab Anak Telat Bicara

Rep: Qommarria Rostanti / Red: Endah Hapsari
Anak telat bicara/ilustrasi
Foto: sheknows.com
Anak telat bicara/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Keterlambatan bicara bisa muncul sendiri, tanpa gangguan (komorbitas) lainnya. Jika itu yang terjadi, berarti anak mengalami keterlambatan bicara saja. Namun, sejumlah anak terlambat bicara memiliki kormobitas. “Biasanya keterlambatan bicaranya di sertai gangguan lain, seperti Atten tion Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), intellectual disability atau Autism Spectrum Disorder (ASD),” ujar psikolog Endang Widyorini dari Universitas Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah.

Apabila tidak disertai gangguan lainnya, keterlambatan bicara mungkin terjadi karena disinkronitas perkembangan. Bisa jadi, perkembangan yang berhubungan dengan visual atau kinestetiknya sangat pesat, sebaliknya perkembangan yang berhubungan dengan auditorinya lambat. Sementara itu, jika terlambat bicara disertai ASD, penyebabnya adalah gangguan neurologi yang berhubungan dengan kemampuan komunikasi sosial, termasuk kemampuan bicara.

Orang tua yang mempunyai anak terlambat bicara harus waspada. Pasalnya, terlambat bicara bisa merupakan indikasi gangguan lain. “Karena itu, pastikan kondisi anak dengan memeriksakannya ke dokter atau ke psikolog anak,” kata Endang menyarankan.

Ada beberapa ciri anak yang berpotensi terlambat bicara. Biasanya, si anak kurang memerhatikan stimulus berupa auditori, aktivitasnya berlebihan, suka memerhatikan apa saja yang ia lihat, dan suka mengeksplorasi lingkungan secara berlebih. Bayi yang lahir prematur dan bayi dengan berat badan rendah saat lahir juga berpotensi mengalami keterlambatan bicara saat dia tumbuh. “Tapi, banyak juga dari mereka yang lahir cukup bulan dan cukup berat badan, tapi mengalami keterlambatan bicara,” ujarnya.

Ketika gangguan sebatas terlambat bicara, anak hanya perlu diajari berbicara dengan cara tepat. Artinya, saat berkomunikasi dengan anak, orang tua perlu mengatur posisi tubuh agar anak bisa lebih fokus melihat dan memperhatikan orang tua bicara. Jika orang tua sibuk, mereka bisa membawa anak ke terapi bicara. “Mungkin anak membutuhkan terapi okupasi atau sensori integrasi karena dengan terapi tersebut, ia akan mendapat terapi tepat dan terstruktur sehingga cepat bicara,” kata Endang. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement