REPUBLIKA.CO.ID, Masalah keuangan sering menjadi isu yang memicu konflik suami istri. Istri yang terlalu boros, suami yang dianggap pelit, hingga barang-barang yang dibeli pasangan namun dipandang tidak penting oleh pasangannya.
Konon, salah satu pemicu terbesar dalam perpisahan suami istri adalah karena masalah uang. Sebenarnya bagaimana cara mengelola uang yang bisa menghindari rumah tangga dari pertikaian?
Psikolog Tia Rahmania memastikan tidak ada teori khusus mengenai cara suami istri mengatur keuangannya. "Pengaturan keuangan bisa dilakukan dengan cara fleksibel," ujar Tia.
Perkembangan zaman memang memicu perubahan dalam peran suami istri. Bila biasanya ibu identik di rumah dan mengurus pekerjaan rumah tangga, peran tersebut berkembang mengikuti zaman membuat istri turut mencari nafkah.
Kebutuhan finansial keluarga masa kini yang tinggi membutuhkan istri juga turut bekerja dan berpenghasilan. Kondisi seperti itu dikatakan Tia membuat pasangan perlu berkomunikasi dalam mengatur keuangan mereka.
Keterbukaan mengenai masalah keuangan penting demi menjaga kekuatan cinta dalam rumah tangga. Bila salah satu pasangan menunjukkan kondisi yang tidak berkomitmen, tentu saja akan menimbul kan isu yang pelik. Permasalahan keuangan, mulai dari penghasilan dan lain sebagainya ada baiknya dibahas saat sebelum menikah.
Kebiasaan terbuka semenjak sebelum menikah justru akan membudayakan transparansi dalam keluarga. Biasanya, apa yang menjadi kesepakatan di awal dapat menjadi patokan bila kelak hal tersebut terjadi saat pernikahan.
Tia menegaskan pentingnya diskusi antara suami dan istri hingga menghasilkan titik temu. Misalnya, kala membahas hendak menggunakan nama siapa dalam aset bersama.
Kesepakatan antara pasangan diyakini Tia akan menguatkan dan menciptakan keharmonisan yang utuh. Pasangan sudah kodratnya untuk saling menguatkan dan menciptakan hubungan yang positif. "Kebahagiaan pasti akan mengikut pula," lanjutnya.
Dalam beberapa rumah tangga, perpisahan memang terjadi akibat masalah ekonomi. Tak terkecuali bagi pasangan dengan istri yang memiliki penghasilan lebih tinggi dari suaminya. "Istri harus bisa memposisikan diri tetap menghargai suami," lanjut psikolog yang juga dosen di Universitas Paramadina ini. Walaupun penghasilannya lebih tinggi daripada sang suami, rasa hormat tidak boleh turun. Sang suami juga harus bersikap bijak.
Tia meminta suami menyikapi secara positif bila istrinya berpenghasilan lebih banyak. Caranya, saran Tia, dengan memberikan penghargaan dalam wujud membantu sedikit pekerjaan rumah tangga. Sekadar menyiram kebun, menguras bak mandi, atau menemani anak bermain bisa dilakukan. Mengambil tugas pekerjaan rumah tangga demi istri saat ini sudah biasa dan tidak tabu.