Jumat 16 May 2014 10:36 WIB

Apa yang Anak Bisa Pelajari dari Perkawinan Orang Tuanya? (1)

Dari orang tua yang bahagia, anak akan belajar bagaimana jadi orang yang bahagia pula.
Foto: atlantablackstar.com
Dari orang tua yang bahagia, anak akan belajar bagaimana jadi orang yang bahagia pula.

REPUBLIKA.CO.ID, Orang tua bisa menghabiskan waktu berjam-jam memberi tahu anak-anaknya tentang pentingnya menjadi orang baik, pemaaf, dan dermawan. Kenyataannya, seperti dikutip dari laman ivillage, anak-anak mendapatkan pengalaman tentang bagaimana menjadi orang baik justru dari melihat orang tuanya.

Dari relasi antara ayah dan ibunya, anak-anak bisa belajar banyak tentang kehidupan. Ini dia beberapa pelajaran yang bisa diserap anak dari orang tuanya.

- Cara memiliki perkawinan yang sehat

Salah satu penyebab ketidakbahagiaan dalam perkawinan dan perceraian adalah ketika pasangan membiarkan perkawinan mereka jatuh ke urutan terbawah prioritas hidup mereka. Sebelum punya anak, pasangan cenderung melihat pasangannya sebagai buah hatinya.

Ketika anak-anak muncul ke dunia, pasangan suka lupa mengurus pasangannya. Ketika pasangan mengeluarkan upaya untuk menaruh energi dalam hubungan suami istri, anak-anak mendapat pesan kalau perkawinan ayah ibunya baik dan itu membuat orang lain bahagia.

- Bagaimana memberlakukan orang lain dengan hormat

Bukan hanya cara istri bicara ke suaminya yang diperhatikan anak. Mereka juga mengamati dengan baik bagaimana ayahnya berbicara dengan ibunya. Ketika istri sedang kesal dengan suami dan anak mendengar ibunya mengomel tentang ayahnya, anak mendapat pesan kalau ayahnya bukan orang baik. Sekaligus ia mendapat kesan ibunya bukan orang yang bisa dipercaya. Anak bisa beranggapan ibunya akan membicarakan hal jelek di belakangnya ketika anak sedang tidak bersamanya.

- Bagaimana membantu di rumah

Ketika anak-anak melihat bagaimana urusan rumah tangga dipegang tanggung jawabnya oleh ayah dan ibu, anak akan secara otomatis mengira cara ini berlaku di semua rumah. Ini dia yang disebut sebagai tacit knowledge dan ini membentuk asumsi yang akan dibawa anak seumur hidupnya.

Ingin membesarkan anak yang bisa bekerja sama? Maka, biarkan anak melihat itu terjadi di rumah. Ibu yang mencuci pakaian dan ayah yang menyeterika, misalnya. Sebagai bonus, jangan heran bila anak nantinya mau membantu karena mereka seakan paham sebuah tugas tak selalu harus dikerjakan ayah atau ibu saja, tapi bisa dikerjakan siapapun di rumah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement