REPUBLIKA.CO.ID, Candaan gaji 10 koma, alias tanggal 10 uang di rekening sudah habis lazim terlontar saat tanggal tua. Mengelola pendapatan belum familiar bagi banyak kalangan. Hasil nya, belum sampai separuh bulan gaji yang tersisa sudah menipis. Padahal pendapatan yang dibawa pulang tergolong cukup, bahkan berlebih.
Untuk mencegah hal ini terjadi, menurut perencana keuangan independen Ahmad Gozali, setiap pribadi harus memiliki manajemen keuangan yang baik. Alasannya, banyak hal ber gantung pada kemampuan dan kekuatan finansial seseorang. Ia memberi contoh, pendidikan yang baik kadang disertai dengan biaya SPP yang tak sedikit. Standar hidup yang baik juga perlu didanai dengan uang yang tidak sedikit.
Seringkali juga masalah dalam hidup terjadi karena faktor keuangan. Misalnya, rumah tangga yang tak harmonis akibat ketidakmampuan me ngelola keuangan. Tentu isu keuangan tidak berdiri sendiri. Tapi, isu ini erat hubungannya dengan pola pikir, hubungan emosial keluarga, dan lainnya.
Lalu bagaimana rumus mengatur keuangan yang benar? Gozali berujar, keuangan keluarga itu lebih banyak bersifat strategi. Bukan ilmu pasti. ‘’Jadi bukan masalah benar atau salah, tapi masalah efektif atau tidak. Cocok atau tidak dengan orangnya dan sinkron atau tidak dengan strategi kehidupan yang lainnya seperti strategi karir, parenting, dan lainnya.’’
Namun, ada satu benang merah yang bisa ditarik dari masalah ini. Bahwa, kata Gozali, setiap orang lebih senang dan lebih mudah untuk menghabiskan uang daripada berusaha untuk menyi sakannya.
Agar urusan mengelola keuangan berjalan lancar, Gozali mengajak untuk merumuskan pola pikir tentang uang. Benamkan dalam diri bahwa mengatur keuangan itu mudah. “Bangunlah pola pikir mengatur keuangan itu penting, perlu, dan sangat mudah. Bahkan dinikmati sebagai bagian dari seni kehidupan,” sarannya.
Pada prinsipnya, dahulukan pengeluaran yang bersifat tetap dan dahulukan pengeluaran yang risikonya besar. Pengeluaran tetap adalah pe ngeluaran yang tidak bisa ditawar jumlahnya. Ketika bicara mengenai pengeluaran Gozali me nga takan di sini banyak timbul kesalahkaprahan. ‘’Menempatkan pengeluaran biaya hidup sebagai pengeluaran fixed, padahal inilah penge luaran yang sebetulnya paling fleksibel,” ujarnya penulis buku perencanaan keuangan pribadi ‘Habiskan Saja Gajimu’.
Buktinya, ada orang yang bisa makan dengan jatah Rp 20 ribu per hari, Rp 50 ribu per hari, bah kan 500 ribu per hari. Begitu pula dengan pilihan transportasi, bisa naik mobil pribadi atau angkutan umum. Sekolah pun begitu, ada yang mahal ada juga yang gratis. Pengeluaran yang tetap diartikan Gozali sebagai pengeluaran yang melibatkan kewajiban pada pihak lain, seperti cicilan utang dan zakat.
Sedangkan jika terdapat penghasilan yang tidak rutin seperti bonus dan sejenisnya, maka bisa dialokasikan dengan rumus yang sama tapi untuk pengeluaran yang juga tidak rutin. Contoh nya, zakat tambahan karena ada pengeluaran tambahan. Atau tambahan tabungan misalnya dengan top uppembelian reksadana atau mem beli logam mulia maupun deposito.