REPUBLIKA.CO.ID, Sering pakai celana ketat ternyata bisa berdampak pada kesehatan. Ini lantaran ukuran yang terlalu pas badan bisa membuat pemakainya merasa kebas di bagian luar paha. “Ini dikenal sebagai sindrom celana ketat dan merupakan salah satu penyebab kunjungan perempuan ke dokter ahli saraf,” jelas dr Jennifer Hanes yang me ngantongi sertifikat penanganan medis untuk kegawatdaruratan.
Sindrom tersebut terjadi menyusul adanya tekanan pada syaraf bagian lateral femoral cutaneous. Terdengar terlalu rumit? “Intinya, sindrom ini mirip dengan pemakaian ikat pinggang yang terlampau ketat pada pria berlingkar pinggang besar,” ungkap Hanes seperti di kutip laman shine.yahoo.com.
Dari kaca mata dokter kulit, pemakaian celana ketat dapat menyebabkan iritasi dan jamur. Itu sangat mungkin terjadi karena kulit kekurangan ruangan untuk bernapas sehingga kulit menjadi lembab. “Bila dibiarkan bisa menyebabkan jamur lebih mudah untuk berkembang,” jelas dr Laksmi Duarsa SpKK dari Bali Internasional Medical Centre (BIMC).
Sementara itu, dr Dwiana Ocviyanti SpOG menjelaskan celana ketat tidak berbahaya secara langsung pada kesehatan reproduksi perempuan. Risiko kesehatan baru timbul jika celana ketat dikenakan dalam waktu relatif lama dan tidak rajin membersihkan diri, terutama daerah kewanitaannya secara teratur. “Pemakaian busana ketat dan tidak menyerap keringat akan meningkatkan kelembaban di daerah organ kewanitaan dan lipat paha,” papar dokter dari Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Hal yang sama berlaku untuk penggunaan pakaian dalam yang ketat. Pun, pemakaian legging. “Sebaiknya, gunakanlah busana yang tidak terlalu ketat dan ganti pakaian dalam secara teratur kapanpun bila terasa lembab atau basah untuk menghindari tumbuhnya jamur dan virus,” saran Dwiana.
Bagaimana dengan korset yang marak diiklankan belakangan ini? Sejak dulu korset sudah menjadi alat bantu untuk membuat postur tubuh perempuan menjadi lebih tegak. Korset memang populer dipakai sehari-hari para keluarga kerajaan di seluruh dunia. “Korset boleh digunakan setiap hari selama tidak mengganggu pernapasan,” ujar spesialis bedah ortopedi, dr Mulyono Soedirman SpB SpOT.
Kendati demikian, penggunaan korset berlebihan juga ada dampaknya. Otot-otot menjadi lemah. “Otot yang biasa ditopang oleh korset akan menurun kekuataannya karena kurang terlatih dan terbiasa dibantu,” jelas Mulyono.
Pada saat tidur, korset juga harus dilepaskan. Dengan begitu, tubuh bisa beristirahat dengan leluasa. “Penggunaan korset membuat tubuh selalu dalam keadaan waspada,” komentar Mulyono yang pernah menjabat sebagai ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Ikatan Dokter Indonesia.
Bagaimana dengan bra yang terlalu ketat? Kendati jarang terjadi, ada juga perempuan yang mengalami iritasi, infeksi jamur, dan masalah pernapasan. “Yang masih dalam perdebatan, bra ketat konon dapat memicu terganggunya sistem limfatik,” kata dr Jennifer Shine Dyer.