REPUBLIKA.CO.ID, Perencana keuangan independen dan CEO QM Financial, Ligwina Hananto, mengatakan, kenaikan biaya pendidikan di Jabodetabek meningkat tiap tahunnya. Hasil riset QM Financial memaparkan, dari 40 sekolah di Jabodetabek, kenaikan uang pangkal SD pada 2009 hingga 2013 antara lima persen sampai 50 persen per tahun.
Lalu, bagaimana cara membuat perhitungan bagi dana pendidikan anak? Ligwina mengatakan, pertama hitung dulu asumsi dana yang dibutuhkan. Perhitungannya mencakup besar uang sekolah yang dituju saat ini, inflasi atau kenaikan biaya dengan asumsi 10 persen hingga 20 persen per tahun, dan nilai masa depan dari biaya sekolah yang dituju.
Dana pendidikan artinya baru bisa dirumuskan besarannya setelah orang tua melakukan survei sendiri ke sejumlah sekolah yang diinginkannya. Ligwina mengatakan, tidak salah untuk mulai mengecek berapa biaya masuk SD yang diinginkan meski anaknya baru berusia empat bulan.
Besarnya inflasi pendidikan dan belum terbiasanya orang tua berinvestasi membuat dana yang dikumpulkan dalam bentuk tabungan akan sulit mengalahkan inflasi. Bagi pasangan muda, ia menganjurkan mengumpulkan uang muka untuk rumah terlebih dahulu. Setelah anak pertama lahir, baru menyiapkan dana pendidikan. Alasannya, setelah anak lahir, orang tua akan berkejaran dengan dana pendidikan.
Ligwina memberi contoh, ketika anak berusia satu tahun, uang pangkal TK Rp 5 juta. Tiga tahun mendatang dengan inflasi pendidikan 20 persen, uang pangkal TK menjadi Rp 8,6 juta. Untuk mencapai Rp 8,6 juta dalam tiga tahun, orang tua bisa menyisihkan dana Rp 240 ribu per bulan di tabung an. Atau, berinvestasi Rp 220 ribu per bulan di produk yang imbal hasilnya lima persen per bulan. Bandingkan dengan biaya kuliah, sejak masuk hingga lulus jumlahnya kini Rp 60 juta. Dalam 17 tahun mendatang, dengan inflasi 15 persen per tahun, nilainya menjadi Rp 645 juta.
Untuk mencapai Rp 645 juta dana kuliah selama 17 tahun, orang tua perlu menabung sekitar Rp 3 juta per bulan. Atau, berinvestasi dengan target 25 persen per tahun dengan jumlah Rp 200 ribu per bulan. “Artinya, untuk jangka pendek, menabung saja cukup. Untuk jangka panjang, menabung menjadi kegiatan yang sangat berbahaya,” ujarnya.
Uang pangkal untuk masuk sekolah anak dikatakan Ligwina memang harus dikumpulkan jauh-jauh hari. Sedangkan, untuk biaya SPP, bisa diambil dari penghasil an rutin orang tua. “Saya biasanya rekomendasikan SPP ini tidak melebihi 10 persen penghasilan keluarga. Supaya tidak membebani dan tetap ada dana untuk keperluan keluarga lainnya,” ujarnya.