REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Orang tua tampaknya harus lebih melakukan pendekatan emosional dan merangkul anak-anak khususnya yang memasuki usia remaja.
Ini karena untuk membicarakan hal-hal pribadi yang berkaitan tumbuh kembang remaja, ternyata mereka lebih memilih mendiskusikan dengan teman sebaya daripada ke orang tua.
Dalam Dialog Generasi Berencana (GenRe), remaja dan pemuda se propinsi Maluku Utara dengan Kepala BKKBN Fasli Jalal, terungkap hasil survei SDKI 2012, diskusi remaja usia 15-24 tahun tentang mimpi basah dan menstruasi masih banyak didiskusikan dengan teman.
''Mungkin karena orangtua sudah terlalu sibuk, sehingga sumber informasi tentang dua hal itu lebih banyak didapatkan dengan teman,'' ujar Fasli dalam diskusi yang berakhir Rabu (28/8).
Jumlah remaja usia 15-24 tahun, berdasarkan sensus penduduk 2010 lalu adalah sekitar 40 juta jiwa. Dalam survei disebutkan, remaja perempuan yang mendiskusikan masalah menstruasi sebelum mendapatkan menstruasi pertama kepada teman menduduki peringkat pertama yakni 52,8 persen.
Di peringkat ke dua, adalah berbicara kepada ibu sebanyak 40,5 persen, selanjutnya ke ayah 0,8 persen dan kepada guru 12,4 persen. ''Yang tidak bercerita sama sekali 24,6 persen,'' ujar Fasli.
Sedangkan para remaja pria, yang mendiskusikan masalah mimpi basah sebum mereka mimpi basah pertama kali, paling banyak ke teman sebanyak 48,2 persen. Sedangkan yang membicarakannya dengan ibu sebanyak 1,5 persen, kepada ayah 1,3 persen, dan kepada guru 17,8 persen.
Remaja laki-laki tampaknya lebih banyak memilih tidak bercerita kepada siapapun, dari hasil survei yang menyebutkan angka 49,8 persen.
Sementara soal pengetahuan remaja yang belum menikah tentang hal-hal pribadi terkait perubahan fisik mereka, bisa dikatakan sebagian besar sudah memahami.
Berdasarkan survei tersebut, remaja perempuan yang sudah tahu tentang apa itu mimpi basah sebanyak 29,7 persen, menstruasi. 82,8 persen, perubahan suara 68,6 persen, pertumbuhan payudara 72,8 persen, dan yang tidak tahu 4,7 persen.