Kamis 27 Feb 2014 10:32 WIB

Pentingnya Deteksi Dini Kanker Serviks (1)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Deteksi dini kanker serviks sebaiknya dilakukan tiga tahun berturut-turut.
Foto: Prayogi/Republika
Deteksi dini kanker serviks sebaiknya dilakukan tiga tahun berturut-turut.

REPUBLIKA.CO.ID, Di Indonesia diperkirakan 53 juta perempuan berisiko mengidap kanker serviks. Kewaspadaan perempuan terhadap penyakit ini pun masih minim.

Inilah yang disayangkan oleh dokter kandungan di Indonesia. Pasalnya, kanker serviks merupakan pembunuh nomor satu terhadap perempuan. Penyakit ini menduduki peringkat teratas penyebab kematian perempuan di Indonesia.

Akibatnya banyak penderita datang sudah dalam kondisi lanjut. Menyebabkan harapan hidup akibat sembuh dari penyakit itu telah menyusut.

Karena itu perempuan disarankan melakukan deteksi kanker serviks. Umumnya, untuk deteksi kanker serviks dapat melalui pap smear dan inspeksi visual asetat (IVA). “Hanya saja di Jakarta cakupan deteksi dini masih kurang dari 10 persen. Dari 100 orang, hanya sepuluh orang yang rutin pap smear setiap tahun,” kata dr Taufik Jamal SpOG.

Mereka yang tidak melakukan pap smear disebabkan lebih pada kesibukan mereka, juga karena ketidaktahuannya akan kanker serviks dan pentingnya deteksi dini. Padahal, pap smear ini penting dilakukan bagi perempuan yang aktif berhubungan seksual. Ia harus rutin memeriksakan diri setelah berhubungan seksual hingga usia 55 tahun.

Dr Andi Darma Putra SpOG (K) menambahkan, bahwa pap smear merupakan metode deteksi dini kanker serviks dengan mengambil sel dari serviks dan ditaruh pada kaca gelas. Kemudian, difiksasi dan dilihat hasilnya apakah ada sel kenker serviks atau tidak.

Sementara IVA, yakni metode deteksi dini kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat pada serviks. Asam asetat ini diencerkan lima kali. Kemudian, dioleskan pada leher rahim. Setelah itu, akan terlihat perubahan. Jika ditemukan ada kelainan maka akan dirujuk. Jika ada lesi yang mencurigakan, perempuan harus melakukan IVA kembali satu bulan kemudian untuk memeriksakan apakah lesi tersebut masih ada atau tidak.

“Deteksi dini sebaiknya dilakukan tiga tahun berturut-turut setelah kontak seksual. Jika dalam tiga kali pemeriksaan normal maka pemeriksaan selanjutnya lima tahun sekali saja,” ujar Andi. Dengan deteksi dini jika ada kanker, bisa terdeteksi. Selanjutnya, bisa ditangani dan kanker serviks bisa ditemukan dari stadium awal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement