Selasa 18 Dec 2018 16:00 WIB

Jepang Protes Rusia Terkait Pembangunan Barak Militer

Rusia berencana untuk membangun barak dan markas militer di pulau sengketa.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Perundingan Jepang-Rusia (ilustrasi)
Perundingan Jepang-Rusia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang akan mengajukan protes diplomatik ke Rusia menyusul rencana pembangunan barak dan markas militer di pulau-pulau sengketa.  Selain barak, Rusia juga akan membangun lebih banyak fasilitas untuk kendaraan lapis baja.

Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan negaranya akan mengajukan protes. Pada Juli lalu Jepang sudah meminta Rusia untuk mengurangi aktivitas militer di kepulauan tersebut.

"Kami berencana mengajukan protes, hasil dari negosiasi yang akan datang adalah untuk menyelesaikan isu sengketa pulau termasuk perjanjian perdamaian," kata Kono, Selasa (18/12).

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, mereka akan mulai memindahkan pasukan pada pekan depan ke komplek perumahan di dua dari empat pulau yang masih berstatus sengketa. Pulau-pulau tersebut berada dari sebelah selatan Kuril, Rusia. Sementara di Jepang di sebelah utara.

Baca juga, Jepang Naikkan Belanja Militer untuk Saingi Cina dan Rusia.

Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan ada 3.500 personel pasukan Rusia yang sudah diterjunkan ke dua pulau terbesar di kepulauan tersebut. Sebagai bagian dari pembangunan markas militer mereka.

Berita pemindahan pasukan ini muncul setelah Rusia mengatakan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe kemungkinan akan mengunjungi Rusia pada 21 Januari mendatang.

Kedatangan Abe tersebut karena kedua negara ingin meningkatkan upaya meredakan ketegangan yang membuat mencegah mereka menandatangani perjanjian damai pada Perang Dunia II.

Pasukan Uni Soviet mengambil alih empat pulau di perairan Jepang pada akhir Perang Dunia II. Uni Soviet dan Jepang sama-sama mengklaim pulau-pulau tersebut. Para diplomat kedua negara sudah berbicara tentang kemungkinan untuk menghidupkan kembali rancana perjanjian era Uni Soviet.

Dalam rancangan perjanjian tersebut Uni Soviet atau kini Rusia mengembalikan dua dari empat pulau tersebut. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Shinzo Abe sudah bertemu beberapa kali untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Pemerintah Jepang khawatir dengan pembangunan markas militer Rusia yang menurut mereka tidak membantu menyelesaikan masalah ini. Rusia akan membangun landasan pesawat-pesawat tempur, sistem pertahanan anti-misil dan peralatan militer lainnya.

Sementara itu Rusia mengatakan mereka terganggu dengan peluncuran sistem rudal Aegis Ashore Amerika Serikat di Jepang. Sistem rudal tersebut sebagai bagian dari upaya Jepang untuk mempertahankan diri dari serangan Cina, Korea Utara dan Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement