Jumat 12 Mar 2021 13:49 WIB

Kazakhstan Uji Vaksinasi Covid-19 Pertama

Orang Kazakhstan menerima vaksinasi COVID-19 yang diproduksi dengan nama COVAX-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NURSULTAN — Vaksinasi untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (covid-19) telah dilakukan untuk pertama kalinya di Kazakhstan.

Berlokasi di Pusat Vaksinasi Internasional di Universitas Agraria Nasional Kazakhstan, orang pertama telah menerima vaksinasi COVID-19 yang diproduksi dengan nama COVAX-19.

Baca Juga

Vaksin ini telah dikembangkan di Australia dan saat ini sedang menjalani tahap pertama pengujian klinis. Ahli virologi Australia akan mulai melakukan pengujian vaksin pada April mendatang. Sebelumnya, beberapa negara juga mengumumkan bahwa telah melakukan pengujian vaksin COVID-19 yang diproduksi sendiri.

Vaksin COVID-19 milik Kazakhstan sedang dikembangkan oleh Pusat Nasional untuk Bioteknologi dan Institut Penelitian Ilmiah untuk Masalah Keamanan Biologi. Menurut menteri pendidikan dan sains negara itu, Askhat Aimagambetov, uji klinis dijadwalkan akan dimulai pada September mendatang.

Para pejabat mengatakan bahwa uji coba praklinis vaksin COVID-19 di Kazakhstan telah berjalan dengan sukses sejak 15 Mei 2020. Sementara itu, pemerintah sebelumnya berjanji mencocokkan terlebih dahulu angka dan statistik, serta karakteristik COVID-19 dengan pneumonia.

Baca juga : Suasana Rutan Bareskrim yang Dibuat HRS Seperti Pesantren

Dilansir Fergana, sejak awal tahun ini, sebanyak 256.541 kasus dari semua jenis pneumonia telah dilaporkan di Kazakhstan. Termasuk 32.000 diantaranya pada Juni dan 157.000 pada Juli.

Sedangkan angka pada periode yang sama tahun lalu adalah 76.986. Sebanyak 4.042 kematian akibat pneumonia telah dicatat, di mana pada periode yang sama tahun lalu adalah 2.333.

Tingkat pengujian resmi Kazakhstan per kapita dilaporkan masih jauh dibandingkan negara-negara Asia Tengah lainnya. Kualitas prosedur pengujian yang rendah, kemungkinan besar berada di balik gelombang kasus pneumonia yang terkait dengan hasil negatif COVID-19 palsu berdasarkan hasil tes PCR.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement