Jumat 25 Mar 2022 15:01 WIB

Jerman Ingin Kurangi Separuh Pasokan Minyak dari Rusia

Jerman tidak akan mengimpor batu bara Rusia pada musim gugur.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Fasilitas pendaratan pipa gas Nord Stream 2 di Lubmin, Jerman Utara, Selasa (15/2/2022). Nord Stream 2 adalah pipa gas alam sepanjan 1.230 kilometer di bawah Laut Baltik, membentang dari Rusia ke pantai Baltik, Jerman.
Foto: AP Photo/Michael Sohn
Fasilitas pendaratan pipa gas Nord Stream 2 di Lubmin, Jerman Utara, Selasa (15/2/2022). Nord Stream 2 adalah pipa gas alam sepanjan 1.230 kilometer di bawah Laut Baltik, membentang dari Rusia ke pantai Baltik, Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman ingin mengurangi ketergantungan impor minyak dari Rusia pada musim panas. Selain itu, Jerman tidak akan mengimpor batu bara Rusia pada musim gugur.

Majalah Der Spiegel yang mengutip memo Kementerian Ekonomi, pada Jumat (25/3/2022) mengatakan, pada pertengahan tahun, impor minyak Rusia ke Jerman diperkirakan akan berkurang setengahnya.

Baca Juga

"Pada akhir tahun, kami bertujuan untuk menjadi hampir mandiri. Kemudian pada musim gugur, Jerman bisa bebas dari batu bara Rusia," ujar memo Kementerian Ekonomi Jerman yang dikutip Der Spiegel.

Juru bicara Kementerian Ekonomi tidak memberikan komentar ketika dihubungi oleh Reuters. Namun juru bicara itu mengatakan, Menteri Ekonomi Robert Habeck akan membahas masalah ketergantungan energi pada konferensi. 

Der Spiegel juga mengutip sumber Kementerian Ekonomi yang mengatakan, embargo terhadap sektor energi Rusia akan memiliki konsekuensi ekonomi dan sosial yang serius. Pejabat kementerian telah menetapkan tiga terminal gas alam cair terapung sebagai pasokan energi jangka pendek.

Memo Kementerian Ekonomi mengatakan, pemerintah Jerman saat ini sedang memeriksa kemungkinan lokasi di Laut Utara dan Laut Baltik, yang dapat digunakan dalam jangka pendek. Dalam  beberapa kasus cadangan energi ini digunalan untuk musim dingin 2022/2023.

Langkah pengurangan impor ini dilakukan ketika negara-negara Barat bersatu untuk melawan operasi militer Rusia di Ukraina. Rusia melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina pad 24 Februari. Sejak itu, Barat telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia dengan tujuan melumpuhkan ekonomi negara tersebut. Namun sanksi tidak menghentikan serangan Rusia ke Ukraina. Kremlin mengatakan, pasukan militer Rusia akan melanjutkan serangan sampai mencapai tujuannya yaitu "demiliterisasi dan denazifikasi" di Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement