Rabu 09 Jan 2019 15:35 WIB

Menelusuri Sejarah Bukhara

Penyair Jalaludin Rumi pun secara khusus menyanjung Bukhara.

Ark Citadel (Benteng Bahtera) di Kota Bukhara, Uzbekistan.
Foto: uzbek-travel.com
Ark Citadel (Benteng Bahtera) di Kota Bukhara, Uzbekistan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- ''Gudang pengetahuan!'' Begitu sastrawan besar Iran, Ali Akbar Dehkhoda menjuluki Bukhara -- salah satu kota penting dalam sejarah peradaban Islam. Penyair Jalaludin Rumi pun secara khusus menyanjung Bukhara.

''Bukhara sumber pengetahuan. Oh, Bukhara pemilik pengetahuan,'' ungkap Rumi dalam puisinya menggambarkan kekagumannya kepada Bukhara tanah kelahiran sederet ulama dan ilmuwan besar.

Konon, nama Bukhara berasal dari bahasa Mongol, yakni 'Bukhar' yang berarti lautan ilmu. Kota penting dalam jejak perjalanan Islam itu terletak di sebelah Barat Uzbekistan, Asia Tengah. Wilayah itu, dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Wa Wara' an-Nahr atau daerah-daerah yang bertengger di sepanjang Sungai Jihun.

Letak Bukhara terbilang amat amat strategis, karena berada di jalur sutera. Tak heran, bila sejak dulu kala Bukhara telah menjelma menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, budaya dan agama. Di kota itulah bertemu pedagang dari berbagai bangsa di Asia barat termasuk Cina. Lalu sejak kapan Bukhara mulai dikenal?

Menurut syair kepahlawanan Iran, kota Bukhara dibangun oleh raja Siavush anak Shah Kavakhous, salah satu Shah dalam cerita dongeng Iran yang berasal dari Dinasti Pishdak. Secara resmi, kota itu berdiri ada sejak tahun 500 SM di wilayah yang kini disebut Arq. Namun, oasis Bukhara telah didiami manusia mulai tahun 3000 SM, yakni semasa zaman perunggu.

sumber : Mozaik Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement