REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan al-Makmun, Baitul Hikmah mencapai puncak kejayaannya sebagai pusat ilmu pengetahuan. Selain perpustakaan, ada pula yang disebut dengan mahal al waraqah yang secara harfiah dapat diartikan sebagai tempat kertas.
Mahal al-waraqah juga berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban. Aktivitas utama di tempat ini, yakni mem buat naskah dan menulis kaligrafi buku. Tempat belajar lainnya ada di masjid.
Penguasa Abbasiyah membangun ruang belajar di samping masjid. Bangunan ini juga digunakan sebagai asrama untuk penuntut ilmu. Masjid yang mempunyai fasilitas belajar mengajar ini disebut dengan Masjid Khan. Gubernur Badr bin Hasanawaih al Kurdi (1015 M) dari Dinasti Abbasiyah mendirikan sekitar 3.000 Masjid Khan.
Tak hanya itu, penguasa Abbasiyah meng gunakan ribat atau benteng sebagai tem pat belajar mengajar. Penggunaan ben teng untuk belajar dipelopori oleh para penganut tasawuf.
Baca: Kurikulum Pendidikan ala Abbasiyah
Mereka menggunakan ribat untuk berkonsentrasi dan menjauhi kehidupan duniawi. Pada umumnya ribat digunakan kaum miskin yang bersama-sama mela ku kan pembelajaran dan praktik-praktik sufisme.
Ribat biasanya ditinggali oleh seorang syekh yang terkenal dengan kesalehan dan ketinggian ilmunya. Syekh tersebut akan menjadi guru para penuntut ilmu yang ber bondong-bondong mendatangi syekh tersebut.