REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Kindi menulis secara lengkap teknologi pembuatan pedang. Ia juga mengklasifikasikan beragam jenis besi dan baja untuk membuat pedang. Menurutnya, pedang itu terbuat dari dua jenis besi, yakni alami (yang ditambang) dan tak alami (buatan).
Besi alami, menurut Al-Kindi, terbagi menjadi dua: Shaburqan (besi laki-laki yang sangat keras yang diolah dalam kondisi panas) serta Narmahin (besi perempuan ini adalah besi yang lembek dan yang tak dapat diolah dalam kondisi panas).
Pada era kejayaan Islam, pedang-pedang yang dibuat para pandai besi di dunia Islam juga ada yang bahannya diimpor dari Sarandib (kini wilayah Srilanka). Sedangkan, besi dan baja pedang asli dari dunia Muslim berasal dari Khurasan, Basrah, Damaskus, Mesir, dan Kufah.
Baca: Besi-Besi Damaskus
Ilmuwan Muslim lainnya yang menguasai teknologi pembuatan pedang adalah Abu Al-Raihan Al- Biruni (973 M-1048 M). Secara khusus, ia menulis kitab berjudul Al-Jamahir fi ma`rifat al-jawahir. Dalam karyanya itu, Al-Biruni menggambarkan proses karbonisasi besi tempa dan pembuatan baja dari besi tuang.
Prof Ahmad Y Al-Hassan dalam tulisannya berjudul The Origin of Damascus Steel In Arabic Sources mengungkapkan, hampir semua pedang di dunia Islam terbuat dari besi Damaskus. Salah satu ciri khas pedang dari Damaskus dihiasi dengan pola hias (firind).
Menurut Al-Kindi, firind dapat ditemukan dalam semua jenis besi buatan. Sedangkan, pedang yang terbuat dari besi alami tak memiliki pola hias atau firind. Al-Biruni dalam kitabnya Al-Jamahir secara menarik menjelaskan latar belakang di balik pembuatan pola hias pada pedang.