REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum Tubba’ ini dahulunya merupakan kaum yang beriman, khususnya kepada ajaran Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS. Namun, akhirnya mereka ingkar, menyekutukan ajaran suci yang terdapat dalam Taurat sehingga dibinasakan oleh Allah.
Baca: Jejak Kaum Tubba'
Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat 37 surah Ad-Dukhan menjelaskan, kaum Tubba’ adalah nama yang diberikan kepada sekelompok penduduk yang dipimpin oleh raja-raja di Himyar yang setiap rajanya menggunakan gelar Tubba’, sebagaimana gelar Kisra pada raja di Persia dan Firaun pada raja-raja Mesir.
Di antara para raja Tubba’ yang terkenal bernama As’ad bin Kuraib bin Malikraba al-Yamani. Dia adalah penganut agama Yahudi dan mengajak rakyatnya memeluk agama Yahudi yang diajarkan Musa.
Ditambahkan Ibnu Katsir, ketika agama Yahudi masih murni sebagaimana diajarkan Musa, kaum Tubba’ ini pernah singgah di Kota Makkah, mengagungkan Ka’bah, berthawaf di sekelilingnya dan menyelimuti Ka’bah dengan kain panjang. Mereka juga pernah singgah di Samarkand.
Adapun raja yang paling kuat menurut Ibnu Asakir, adalah raja Damsyik. Dia menjadi raja selama 326 tahun dan memerintah paling lama. Konon, ia wafat sekitar 700 tahun sebelum Rasulullah SAW diutus.
Kaum Tubba’ yang beriman ini, sudah mengenal nama Rasulullah SAW, nabi akhir zaman sebagaimana terdapat dalam kitab Taurat dengan nama Ahmad. (Lihat surah Ash-Shaff [61] ayat 6.
Setelah itu, banyak kaum Tubba’ yang ingkar terhadap ajaran-ajaran yang diba wa oleh rasul-rasul berikutnya. Maka, Allah lalu membinasakan mereka.