Hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia seringkali terbingkai dalam siaran televisi, lembaran surat kabar, ataupun laman-laman website internet. Maka jangan heran jika persepsi masyarakat Indonesia sebagian besar dikonstruksikan oleh media massa yang gemar membombardir dengan isu-isu sensitif dan bombastis. Bahkan, emosi masyarakat sering tersulut oleh beberapa konflik yang mewarnai fluktuasi hubungan Indonesia-Malaysia, mulai dari konflik perbatasan, hak kekayaan intelektual ataupun drama haru ‘pahlawan devisa’ yang mencabik-cabik integritas kebangsaan.
Preseden masa lalu dan serbuan informasi yang tidak berimbang telah mengkristalisasi stigma masyarakat sehingga melahirkan pelabelan yang belum tentu kebenarannya. Misal, Indonesia sering disebut ‘Indon’, dan diasosiakan sebagai ‘bangsa TKI’ ataupun Malaysia yang sering diplesetkan menjadi ‘Malingsia’
Layaknya hidup bertetangga, interaksi dua negara yang berdekatan wilayah teritorial seharusnya dilandasi oleh rasa saling menghormati, menghargai, dan toleransi. Oleh karena itu, dengan itikad baik untuk membina hubungan yang lebih erat dan harmonis, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga mengirimkan duta bangsa dalam program Pertukaran Pemuda Indonesia-Malaysia (PPIM) 2011. Program ini telah dilaksanakan sejak ditandanganinya nota kesepahamanan antara Duta Besar Republik Indonesia dengan Kementerian Belia dan Sukan Malaysia pada tahun 1979.
Program PPIM dirancang untuk mengenal lebih dekat, saling belajar, dan bertukar pikiran mengenai berbagai topik, mulai dari kepemudaan, sosial-budaya, sampai pembangunan ekonomi dan kewirausahaan. Selain untuk meningkatkan persahabatan dan kerja sama antara kedua negara, PPIM secara spesifik bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemuda sebagai aset dan ujung tombak pembangunan negara. Program ini juga menitikberatkan pada pentingnya gerakan kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat dalam mempercepat roda pembangunan ekonomi.
Perwakilan dari seluruh provinsi
PPIM 2011 diikuti oleh 31 pemuda-pemudi pilihan dari seantero negeri, mulai dari Sabang sampai Merauke. Setiap provinsi di Indonesia mengirimkan satu perwakilan-yang terpilih melalui proses seleksi ketat. Sebagai duta bangsa yang membawa misi negara, delegasi Indonesia dibekali berbagai pengetahuan dan kompetensi dari praktisi, pakar, dan alumni dalam Pre-Departure Training di Wisma Handayani, Jakarta Selatan selama tiga hari. Dalam pelatihan tersebut seluruh delegasi digembleng secara maksimal untuk mempersiapkan mental, fisik, dan penampilan kebudayaan sebelum memasuki masa program selama 10 hari mulai dari 28 Juni-8 Juli 2011.
Delegasi Indonesia didampingi oleh dua official dari Kemenpora, Bapak Abri Eko Noerjanto, selaku Ketua Delegasi dan Bapak Sabarudin sampai di Kuala Lumpur dalam balutan busana batik gagah nan elegan. Dua Liason Officer dari Majelis Belia Malaysia, Raffi dan Syarifah menyambut kedatangan delegasi Indonesia dengan ramah dan profesional. Selama sepuluh hari di Malaysia pasangan LO ini selalu mendampingi dan membantu kelancaran program.
Kunjungan di Malaysia
Agenda delegasi Indonesia di Malaysia sangat padat, meliputi courtesy call, kunjungan institusional, kunjungan dan workshop kewirausahaan, homestay bersama keluarga angkat, dan persembahan kebudayaan. Selama di Malaysia, kegiatan PPIM berpusat di Kuala Lumpur, Perak, dan Penang. Di Kuala Lumpur, delegasi Indonesia menginap di Hotel Grand Season selama beberapa hari awal dan akhir program. Kunjungan institusional dan courtesy call di berbagai kementerian dan institusi seperti Kementrian Belia dan Sukan, Majelis Belia Malaysia, Malaysia Tourism Centre, Institut Sukan Negara, Malaysia Youth Council, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan baru. Delegasi Indonesia berkesempatan mengunjungi Museum Nasional dan Museum Tekstil Malaysia, serta pusat pemerintahan Malaysia di Putrajaya.
Setelah berbagai kunjungan di Kuala Lumpur dan Putrajaya, delegasi Indonesia menuju negeri Perak yang ditempuh selama lima jam perjalanan dari Kuala Lumpur. Sesampainya di Perak, delegasi Indonesia menginap selama tiga hari dua malam di Akademi Pembangunan Belia Malaysia (APBM) Batu Gajah. APBM merupakan tempat pelatihan kewirausahaan bagi belia Malaysia. Di Batu Gajah, delegasi Indonesia mengikuti kuliah umum dan berdiskusi mengenai berbagai materi kewirausahaan. Setelah itu, seluruh delegasi mengunjungi beberapa usahawan sukses hasil binaan APBM. Misalnya saja, industri rumah tangga Kerupuk Lekor dan ‘C-Tee Saloon’ serta observasi di ‘Gerbang Malam’.
Di indutri kerupuk lekor-yang rasanya mirip mpek-mpek goreng dengan varian saos yang berbeda- kami bertemu dan berdiskusi dengan beberapa tenaga kerja wanita asal Indonesia. Mereka mendapat gaji dan perlakuan yang baik dari atasan, bahkan kerasan tinggal Batu Gajah. Di C-Tee Saloon, pemilik salon, Siti Hajar mengaku telah mengikuti beberapa kursus kecantikan di Indonesia dan salonnya menggunakan produk Mustika Ratu buatan Indonesia. Di Gerbang Malam atau pasar malam, kami juga berinteraksi dengan beberapa pedagang yang menceritakan asal usul keluarga mereka yang berasal dari Sumatra Barat dan Medan.
Setelah acara penutupan di APBM, kami melanjutkan perjalanan ke Sungai Duri, Pulau Pinang. Kami disambut meriah dengan aneka tarian dan seni bela diri oleh warga Sungai Duri. Dalam acara pembukaan, kami dipertemukan dengan keluarga angkat selama tiga hari di Malaysia. Di tempat tersebut, kami mendapat kesempatan untuk mengenal lebih dekat bagaimana keluarga dan kehidupan masyarakat Malaysia. Kami juga bertemu dengan organisasi kepemudaan Sungai Duri sehingga bisa saling mengenal dan bertukar pikiran dengan mereka.
Suasana hangat dan akrab mewarnai kegiatan bersama keluarga angkat ataupun organisasi kepemudaan. Di Sungai Duri, kami juga mendapat kesempatan tampil dalam ‘malam persembahan dan eksibisi kebudayaan’ yang disaksikan oleh keluarga angkat dan seluruh lapisan masyarakat Sungai Duri. Kami menampilkan berbagai macam tarian tradisional seperti Tari Topeng, Tari Kecak, Tari Enggang, Tari Likopulo, dan tari-tarian Indonesia Timur.
Warga Sungai Duri mengapresiasi penampilan kami dengan gemuruh tepuk tangan yang membahana. Rasa kebangsaan kami semakin membuncah ketika menyanyikan medley lagu nasional Indonesia Pusaka dan Benderaku serta lagu-lagu daerah, seperti Kicir-kicir, Simanggatulo, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko dan Rasa Sayange dengan semangat membara sebagai duta bangsa.
Di Malaysia, sinetron dan program televisi Indonesia sangat populer. Hampir setiap malam artis-artis Indonesia menghiasi layar televisi Malaysia. Lucunya, belia-belia Malaysia seringkali menanyakan apakah kami kenal artis-artis idola mereka, bahkan mereka juga tak sungkan menitip salam artis-artis tersebut.
Mengelola homestay
Di Pulau Pinang kami mendapat pelajaran berharga mengenai konsep pengelolaan homestay sebagai salah satu strategi promosi parawisata Malaysia. Konsep homestay di Malaysia diartikan ketika pelancong tinggal bersama penduduk setempat dan menikmati potensi unggulan daerah tersebut. Pemerintah pusat memberikan dukungan penuh melalui dukungan finansial dan perbaikan sarana dan prasarana. Beberapa rumah warga yang terpilih sebagai homestay dipantau kelayakannya agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
Selama di Pulau Pinang, kami juga mengunjungi beberapa tempat, seperti sekolah kejuruan, industri mebel, dan perkebunan. Kami berpesta durian dan manggis hasil dari perkebunan warga. Tak ketinggalan kami juga menikmati indahnya pantai Queensbay dan arsitektur indah bangunan di kota-kota Pulau Pinang. Setelah makan siang dan penutupan, kami kembali ke ke Kuala Lumpur untuk melanjutkan agenda selanjutnya. Pada 6 Juli 2011, delegasi Indonesia berkunjung ke RTM (Radio Televisi Malaysia). Kami menyapa warga Malaysia dan memperkenalkan program PPIM secara live dan on air di TV 1 (Satu) Malaysia dan KL-FM.
Beberapa hari terakhir di Kuala Lumpur, kami mengunjungi KLCC, menyebrangi Jembatan Twin Tower, serta berbelanja oleh-oleh di Central Market. Walaupun gerimis sempat mengguyur Kuala Lumpur di sore hari, kunjungan dan malam perpisahan di Kuala Lumpur Culture Department berjalan dengan hangat dan penuh keakraban. Di sana kami mendapat pengetahuan mengenai sejarah dan budaya Malaysia.
Setelah itu, kami berlatih ‘Joged Melayu’ bersama penari-penari dari Kuala Lumpur Culture Department. Pada malam farewell kami tampil satu panggung dengan belia Malaysia. Kami menampilkan tari Kecak dan medley lagu nasional, sedangkan belia Malaysia menampilkan lagu-lagu hit dari Indonesia. Suasana malam yang syahdu semakin mengakrabkan jalinan persahabatan Indonesia dan Malaysia.
Bangga jadi orang Indonesia
Program PPIM bukan hanya kunjungan atau ‘study tour’ semata. Banyak pelajaran yang kami dapatkan, baik secara individu maupun kontingen. Di antaranya, kami bangga dilahirkan dalam keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia. Hal ini tercermin dari interaksi dengan delegasi dari berbagai provinsi di Indonesia, terutama ketika tampil di panggung budaya dalam balutan busana daerah yang beraneka ragam corak dan warnanya.
Kami juga belajar bahwa proyeksi masa depan suatu bangsa tergantung kepada bagaimana mengelola aset-asetnya. Indonesia memiliki modal dan potensi yang berlimpah. Oleh karena itu, sebagai pemuda, kita harus optimis, kontributif, dan berpartisipasi aktif dalam mengilhami berbagai perubahan ke arah yang lebih baik .
Sebagai keberanjutan program, Indonesia akan menjadi tuan rumah PPIM 2012. Bagi yang tertarik mengikuti program ini, seleksi diadakan setiap tahun. Seleksi di daerah atau provinsi dilakukan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga tiap provinsi dan Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) yang merupakan alumni dari program.
Rizki Nur Fauzia (Kiki)
Delegasi PPIM 2011 dari Jawa Timur
Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional UGM
___________________________
Rubrik Jurnalisme Warga memuat tulisan kiriman pembaca. Kirimkan tulisan Anda (mencakup laporan, tips, pengalaman, dan kisah mengenai berbagai hal) beserta foto-foto ke: [email protected]. Tulisan disertai identitas jelas pengirim.