Awal tahun 2012 menjadi permulaan indah dan berkesan bagi masyarakat muslim Indonesia di Austria, khususnya di Kota Wina. Kota yang mencatat peristiwa pilu terhentinya gerak maju kaum muslimin di Eropa 300 abad lalu ini, kembali menorehkan tinta penuh warna dalam catatan perikehidupan muslim disana. Pada hari Sabtu, 21 Januari 2012, masyarakat muslim Indonesia dan Asia Tenggara di Wina dan sekitarnya yang tergabung dalam wadah WAPENA (Warga Pengajian Wina) menjadi saksi sejarah berdirinya masjid Indonesia pertama di kota klasik ini.
Siang itu, tercatat lebih dari 100 orang memadati bangunan indah berukuran 106 meter persegi yang dinamai Masjid As-Salam ini. Acara peresmian masjid ini dihadiri oleh Kedubes RI dan Kedubes Malaysia untuk Austria, serta masyarakat yang menetap di negeri Mozart dalam rangka tugas bekerja dan studi.
Pembukaan dan penandatanganan papan nama masjid As-Salam Wina dilakukan oleh I Gusti Agung Wesaka Puja, Duta Besar RI untuk Austria dan Slovenia. Dalam sambutan singkatnya, Dubes RI selaku pimpinan KBRI/PTRI Wina menyampaikan dukungan penuh atas berdirinya masjid As-Salam. Berdirinya masjid ini sebagai bentuk komitmen dan kemandirian masyarakat muslim Indonesia di Wina, dalam menciptakan suasana dan fasilitas yang mendukung untuk berkembangnya syiar islam di Austria.
Suasana haru mewarnai diresmikannya masjid yang terletak di jalan Malfattigasse, Winaini. Dalam pidato sambutannya selaku Ketua WAPENA, Andi Ahmad Junirsah menyampaikan bahwa mimpi untuk memiliki masjid ini sudah didiskusikan sejak lebih dari 10 tahun yang lalu. “Alhamdulillah atas izin Allah keinginan mulia itu akhirnya terwujud pada hari ini dengan berdirinya Masjid As Salam,” ujarnya.
Nama masjid itu sendiri diambil dari kata “Salam”, yang artinya keselamatan atau kedamaian. Dengannya diharapkan jamaah yang akan datang ke masjid dengan daya tampung 150-an orang ini akan menemukan suasana hati penuh kedamaian dan ketentraman. Diharapkan masjid ini juga dapat menjadi sarana meningkatkan silaturrahim, tidak hanya dengan sesama muslim Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya, namun juga dengan jamaah dari belahan bumi lain, termasuk dari warga asli Austria sendiri.
Acara peresmian ditutup dengan mendengarkan taushiah dari Dr. Makky Sandra Jaya, Ketua Masjid Al Falah di Berlin. Selain memaparkan fungsi-fungsi utama dari sebuah masjid, beliau menegaskan tentang satu fungsi penting dari sebuah masjid yang berdiri di luar negeri, khususnya di kawasan Eropa, yakni sebagai sarana untuk mengenalkan budaya Islam serta Islam sebagai rahmatanlilalamin. “Jamaah Masjid As-Salam hendaknya tidak hanya berperan menjadi generasi yang memakmurkan masjid, namun harus pula mengemban fungsi sebagai duta-duta Islam di Austria,” pungkasnya.
Salju tebal yang menyapa lembut Kota Wina, mengiringi selesainya acara peresmian Masjid As-Salam pada sore hari itu. Ibarat oase di sebuah padang pasir, kehadiran Masjid As-Salam diharapkan dapat menjadi penyejuk dahaga iman bagi para musafir kehidupan, khususnya mereka yang saat ini berkelana di pusat benua Eropa, yakni Austria.
Bakti Darma Putra
Peneliti di Telecommunications Research Center Vienna