Menikmati indahnya alam semesta guna mengagumi kebesaran Sang Khalik menjadi kepuasan tersendiri bagi kita, makhluk yang bertakwa. Salah satunya, yaitu gua Loko' Tau' di Desa Batulappa, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan, yang masih menyimpan keindahan dan keunikan tersendiri bagi pengunjungnya.
Saat mengunjungi tempat ini, tim ekspedisi, yang terdiri atas SAR Baramuli Pinrang serta kami (komunitas media cetak dan elektronik Pinrang), berangkat menuju lokasi yang jaraknya sekitar 30-an kilometer dari ibukota Kabupaten Pinrang. Kami mengendarai roda dua agar bisa lebih rileks sekaligus memudahkan perjalanan kami, mengingat beratnya medan yang akan dilalui menuju lokasi Gua Loko' Tau'.
Saat tiba di Desa Batulappa, kami disambut secara langsung dengan hangat oleh Kepala Desa Guntur Palanroi dan warga desa. Acara penyambutan tersebut dilaksanakan di kantor Balai Desa Batulappa.
Setelah bersantap dan istirahat sejenak, kami beserta rombongan tim, dengan didampingi kepala desa dan dua tokoh masyarakat, berangkat menuju lokasi gua. Beratnya medan yang melalui jalan petak persawahan yang sempit, bergelombang dan berlumpur, membuat jarak yang hanya sekitar dua kilometer dari poros jalan desa harus kami tempuh dengan roda dua dalam waktu kisaran limabelas menit untuk sampai di batas jalan tani. Kemudian, perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 500 meter melalui areal perkebunan dan hutan belantara untuk sampai di mulut gua.
Beragam bentuk ornamen, berupa estalaktik dan estalaknik, dengan keindahannya terpampang menyambut kami di mulut gua yang mengalir sungai di dalamnya. Kami beruntung karena air sungai sedang surut sehingga perjalanan menyusuri gua dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Setelah rehat sejenak, Kami dari komunitas media segera menyiapkan peralatan liputan seperti kamera foto dan kamera video untuk mengambil gambar momen di dalam gua.
Beberapa teman tim sempat panik saat kami baru beberapa meter masuk menyusuri sungai di dalam gua dikarenakan ketinggian air yang sudah mencapai batas leher orang dewasa. Namun, kepala desa yang bertindak selaku guide (penuntun jalur) dengan sigap memberikan aba-aba agar kami tetap berjalan mengikuti jalurnya.
Akhirnya, semakin ke dalam, ketinggian air pun semakin menurun dan hanya tinggal sebatas lutut saja. Di dalam gua, kami kembali terpana akan keindahan ornamen estalaktik dan estalaknik yang terbentuk secara alami dalam berbagai bentuk dan mengkristal saat diterpa cahaya lampu penerangan tim. Keindahan di dalam gua semakin memukau dengan hadirnya mutiara-mutiara gua yang ikut melengkapi ornamen Loko' Tau'.
Selain keindahan ornamen, Loko' Tau' ini juga menyimpan beragam keunikan lainnya, seperti adanya jalur percabangan tiga di dalam gua. Setiap cabang terhubung dengan ragam keunikan masing-masing.
Jika kita menyusuri cabang gua ke arah kanan, akan kita jumpai adanya air terjun di dalam gua. Di bawah terpaan air terjun tersebut dapat kita jumpai sebuah danau kecil.
Jika mengambil cabang ke arah kiri, kita akan menemukan sebuah ruangan gua dengan luas kurang lebih 100 meter persegi. Selain itu, akan kita dapati fenomena ornamen yang berbentuk kubah masjid, serta adanya sebuah batu datar yang menyerupai mimbar khotbah di dalam ruangan tersebut.
Bila kita tetap berjalan lurus ke depan, saat di percabangan tadi, kita akan dihadapkan pada suatu ruangan di penghujung gua yang dijadikan tempat hunian kelelawar. Di ruangan tersebut terdapat lubang atas yang cukup tinggi, terbuka, dan dijadikan jalur keluar masuknya hewan malam ini.
Setelah melakukan penelusuran kurang lebih dua jam, tim dan rombongan akhirnya sepakat untuk tidak berlama-lama di dalam gua. Alasannya, karena kekhawatiran akan pasangnya air sungai, yang kemungkinan saja bisa terjadi secara tiba-tiba.
Dalam perjalanan ini, baik saat penyusuran ke dalam maupun saat kembali, sinar blitz kamera foto dan lampu kamera video tak henti-hentinya menyala dalam melakukan pengambilan gambar, sebagai bahan berita serta pengabadian momen.
Menurut Guntur, selain keindahan dan keunikannya yang bisa dijadikan tempat wisata, gua Loko' Tau' ini juga menyimpan nilai-nilai sejarah. Para pejuang bangsa pada zaman penjajahan, menjadikan gua ini sebagi tempat pelarian dan persembunyian saat dikejar tentara penjajah. Keterangan ini berdasarkan pengakuan orang-orang tua mereka serta para sesepuh Desa Batulappa.
Saat berbincang dengan kami dari komunitas media, Guntur dan dua tokoh masyarakat Desa Batulappa yang mendampingi ekspedisi ini, menaruh harapan besar akan adanya perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat agar mau melirik pengembangan lokasi ini. Harapan mereka khususnya pada perintisan jalan sebagai langkah tahap awal pengembangan.
Mereka juga dengan tangan terbuka memberikan kesempatan kepada para pengusaha lokal maupun nasional, apabila ada yang berminat menanamkan modalnya sebagai investor dalam pengembangan lokasi ini. Selain Loko' Tau', masih ada belasan gua lainnya yang terdapat di desa ini dengan keindahan dan keunikan masing-masing.
Sebelum pamit dan meninggalkan desa tersebut, kami menyempatkan diri mampir ke rumah kepala desa untuk memenuhi undangannya bersantap siang. Kepala desa berjanji akan siap mengantar dan mendampingi tim, apabila di kemudian hari kami kembali ke desa itu untuk melakukan ekspedisi di beberapa gua lain dalam wilayahnya.
Syahrul Calu