Namanya Egor Kovalyov (24), mahasiswa Fakultas Filsafat Program Religiovedenie (studi agama) di Ural Federal University. Kami belajar di fakultas dan program yang sama, hanya saja dia program Bachelor (S1) sementara saya satu tingkat di atasnya.
Saya mengenalnya ketika musim panas tahun 2011 lalu di masjid Ramadan Himas. Ketika itu, kami mahasiswa Religiovedenie sedang mengadakan program mengunjungi tempat ibadah agama-agama yang ada di Yekaterinburg, termasuk masjid, dan berkomunikasi dengan para penganut agama.
Seperti mayoritas pemuda Rusia lainnya, sepertinya dia tidak mempunyai agama. Di halaman informasi account social website-nya tercantum bahwa dia tertarik pada atheism. Beberapa postingan foto dan statusnya juga mengindikasikan bahwa dia belum tersentuh oleh satu agama apapun.
Meskipun dia tertarik pada atheis, tidak berarti kemudian dia antipati terhadap agama. Ketika dalam perjalanan pulang dari Masjid Himmas, dia berkata kepada saya, bahwa sampai saat ini, dia menganggap agama hanya sebagai fenomena yang ada dan akan selalu ada. Masuknya dia ke program studi agama pun terdorong oleh keinginannya untuk mempelajari “fenomena” dunia itu.
Saya salut sama Egor. Dia sangat kritis. Ya, mungkin tipikal orang-orang atheist rasionalis adalah kekritisannya. Dia mempelajari kitab suci semua agama dan berusaha menganalisanya.
Hal itu saya ketahui ketika dia bertanya kepada Imam Masjid Ramadhan Himmas tentang hukum daging babi dalam Alquran. Setelah sang Imam menjawab pertanyaan Egor, dia kemudian mengomentari jawaban sang Imam dengan beberapa teks yang dia baca dari injil, yang dia simpulkan sebagai landasan hukum keharaman daging babi pada agama Yahudi.
Selain itu, Egor memaparkan beberapa benang merah yang ada dalam tradisi agama Yahudi dengan apa yang tertulis dalam Alquran. Kata Egor, dalam agama Yahudi ternyata bukan hanya babi yang terlarang, beberapa hewan dan kombinasi daging pun juga terlarang.
Ajaran Yahudi tersebut dia temukan juga di dalam Alquran 6:148 (QS:Al-An'am). Bukan hanya itu, kata Egor, etika berpakaian dan hukum syariat Taurat juga banyak mirip dengan Alquran. Begitulah cerita pertama yang saya dapat dari pertemuan dengan Egor.
Setelah pertemuan itu, komunikasi saya dengan Egor hanya sebatas komunikasi lewat jejaring sosial. Begitu juga hari itu, dia mengirim pesan inbox yang menanyakan tafsir surat Al-Baqoroh.
Dia menuliskan terjemahan surat Al-Baqoroh ayat 28. Dia bertanya tentang:
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?"
Sempat deg-degan, takut salah dan tidak bisa memahamkan Egor. Setelah saya cermati dan buka sana sini, saya menemukan jawabannya. Setelah mohon kemudahan kepada Allah, saya mulai menjelaskan kepada Egor:
“Bahwa kita dulu tidak ada (mati) kemudian kita terlahir ke dunia (hidup). Setelah itu kita akan mati (ini mati ke-2) . Setelah dikubur kita akan dihidupkan kembali (hidup yang ke-2) untuk mempertanggung jawabkan amal ibadah kita. Dan Hanya kepada Allah lah tempat kembali.”
Tentang kematian dan kehidupan dua kali saya bilang kepada dia untuk coba buka surat ke-40 (Al-Ghafir) ayat 11. Tentang penyesalan orang-orang kafir.
“Bagaimana ,Egor, bisa diterima penjelasan dari saya?” Saya bertanya dengan penuh cemas.
“Oke, sekarang paham,” jawab Egor.
Alhamdulillah, Ya Allah, Robbii zid nii Ilma. Semoga Allah memberikan kita ilmu yang lengkap, bukan hanya bagaimana kita mendapatkan Ilmu, namun juga cara kita menyampaikan ilmu. Amin.
Terbesit harapan, suatu hati nanti Egor mendapatkan hidayah. Amin.
Yekaterinburg, 14/11/2012
Muhamad Zainun Najib
Baca juga:
Menelusuri Jejak Islam di Pegunungan Ural (1): Tujuan Pertama, Mengunjungi Masjid Jami Pervouralski
Menelusuri Jejak Islam di Pegunungan Ural (2): Masjid Bekas Detski Sad dan Hangatnya Pechka
Menelusuri Jejak Islam di Pegunungan Ural (3-habis): Masjid Tua dan Imam Masjid Mantan Atlet Hoki