Rabu 22 Feb 2017 11:53 WIB

Menelisik Sejarah dan Silsilah Keluarga Empu Topeng Malangan

Red: Agus Yulianto
 Ki Demang (Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Malang)
Foto: dok.Istimewa
Ki Demang (Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Malang)

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Ki Demang *)

 

Di Indonesia tarian yang menggunakan topeng tidaklah banyak. Selain di Malang, kota-kota lain di antaranya, Cirebon, Jogjakarta, Surakarta, dan Bali.Namun, Topeng Malangan mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kesenian topeng di daerah lain. Dalam sejarahnya, topeng Malangan pernah mengalami masa kejayaan di era Bupati R.A.A Soeriohadiningrat (I889-1928). Hal ini lantaran sang bupati yang mencintai kesenian waktu itu mengharuskan semua perangkat pemerintahannya agar bisa menari topeng.

Di masa kepemimpinan Raden Suryo, seni topeng berkembang pesat. Menurut penuturan Kepala Desa Jabung, Malang, Anik Sri Hartatik, dulu atas anjuran sang Bupati Suryo, maka setiap wedono (lurah) mempunyai grup topeng sendiri. Se-Malang Raya kala itu hampir tersebar ada 220 grup topeng. Anik Sri Hartatik sendiri adalah salah satu canggah Buyut Reni, cucu dari Mbah Kangsen yang saat itu juga pernah menjadi lurah Jabung.