REPUBLIKA.CO.ID, -- Belum reda dari ramainya skip challenge, media sosial didatangi tamu challenge lainnya, yakni eraser challenge. Tidak kalah bahayanya dari skip challenge yang membuat pingsan dan kejang, eraser challenge ini tujuannya adalah melukai tangan secara frontal.
Luka paling ekstrem yang dinilai paling keren. Demikianlah potret remaja kita. Challenge-challenge tersebut sejatinya bukan berasal dari Indonesia, tapi tetap saja viral di Indonesia, ditiru, dan menyebar luas di kalangan remaja kita.
Ini bukan perkara yang bisa kita anggap remeh dan biasa. Sebab, kasus-kasus ini merupakan cermin dari output pendidikan dan sistem sosial negara kita. Pendidikan agama, kewarganegaraan, Pancasila, dan filsafat yang diberikan oleh sekolah-sekolah tidak berpengaruh.
Sebab, mata pelajaran tersebut sekadar formalitas, tidak dipandang penting dan perlu seperti halnya, pendidikan karakter dan akhlak oleh negara kita. Ini PR besar.
Penyerahan tanggung jawab kepada instansi pendidikan dan orang tua saja tidaklah tepat sebab yang bisa memegang kendali penuh pada faktor lainnya, seperti media massa, kebijakan, dan sanksi hanyalah negara.
Umi Himawati
Mulyorejo 219 A, Surabaya