REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan El-Mughomieru *)
Di Turki, kita juga dapat tentunya merasakan atmosfer Alquran selama bulan Ramadhan seperti yang kita rasakan di Indonesia dan di berbagai negara muslim lainnya. Ini adalah bentuk bahwa umat islam masih dan akan terus menjaga Alquran kapanpun dan dimanapun. Terlebih, penjagaan ini, lebih dapat kita lihat dalam bulan Ramadhan. Meskipun Turki dengan sekulerismenya yang masih berakar, mereka berusaha untuk melestarikan budaya nenek moyangnya di zaman Khilafah Usmaniyah, Islam.
Ada beberapa hal yang mungkin sudah menjadi adat istiadat bagi mereka selama bulan ramadhan yang berkaitan dengan atmosfer Alquran, menghidupkan Alquran di Turki, khususnya di kota Isparta.
Mukabele.
Mukabele adalah bahasa Usmani serapan dari bahasa Arab. Dalam bahasa arab, Muqobalah artinya berhadapan, pertemuan, audiensi dan ada arti lain sesuai konteks kalimat yang digunakan. Mukabele layaknya seperti tasmi’ Alquran, seseorang membaca Alquran dan yang lain menyimak apa yang dibaca oleh Qori. Di Turki, rata–rata yang untuk mukabele ini di baca oleh para hafidz Alquran dari berbagai ma’had tahfidz dan madrasah.
Terkadang jika tidak ada, imam tetap masjid yang langsung turun tangan, jika sang imam bukanlah seorang hafidz, maka dia membaca dengan melihat Alquran. Ini adalah kesempatan bagi para hafidz untuk mengulang dan mepersaksikan hafalannya di depan jamaah masjid. Para pendengar siap dengan Alquran yang sudah diletakkan di atas rehal.
Mukabele dilakukan antara dua waktu. Pertama diantara azan dan iqomah shalat subuh dan yang kedua adalah setelah shalat Ashar, ada juga yang melakukan setelah Zuhur.
Mungkin ada juga masjid yang melakukan dua waktu mukabele dalam satu hari. Ini tergantung kebijakan imam yang bertugas di masjid. Dengan seperti ini, meskipun partisipannya masih didominasi oleh orang tua, mereka yang tidak bisa membac Alquran dapat mengikuti, yang bisa membaca Alquran dapat melihat bagaimana bacaan yang benar dan dengan mukabele satu juz satu hari, selama bulan ramadhan mereka dapat mengkhatamkan Alquran minimal sekali.
Shalat Tarawih satu juz. Di kota ini, hampir setiap kecamatannya memilki masjid yang imamnya membaca Alquran satu juz selama proses ibadah Tarawih. Ini juga merupakan sebuah kesempatan bagi para hafidz Alquran untuk menguatkan hafalannya.
Sama seperti di atas, jika imam tetap masjid tidak hafidz, maka masjid akan mendatangkan imam dari luar. Kalau untuk yang ini partisipannya lebih banyak dari Mukabele. Baik tua maupun muda. Laki-laki maupun perempuan.
Format shalat Tarawih di Turki adalah 20 rakaat Tarawih dan 3 rakaat witir. Biasanya, untuk shalat Tarawih satu juz satu malam mereka menggunakan dua imam. Dipertengahan juz mereka bergantian.
Shalat Tahajud.
Di sepuluh akhir Ramadhan, sebuah masjid paripurna di kota ini, Kavaklı Cami, melaksankan shalat Tahajud berjamaah. Shalat Tahajud berjamaah biasanya dimulai pada pukul dua dini hari. Dalam shalat Tahajud berjamaah mereka membaca dua juz Alquran hingga waktu sahur tiba.
Masjid yang melaksanakan shalat Tahajud berjamaah pastinya menyediakan sahur untuk para jamaah. Mereka tidak perlu pulang untuk sahur dan kembali lagi untuk shalat Subuh. Dalam shalat Tahajud berjamaah ini mereka menggunakan empat orang imam, setiap setengah juz mereka bergatian. Terkadang hanya tiga orang.
Malam lailatul qadar.
Pada malam lailatul qadar, di Turki adalah malam yang sangat istimewa. Mereka secara penanggalan sudah menanggalkan tanggal 27 Ramadhan adalah malam lailatul qadar, sebagaimana penanggalan hari besar Islam lainnya. Pada malam ini selain Tarawih satu dan Tahajud 2 juz, mereka melaksanakan shalat tasbih. Setelah pukul 23.30 selesai shalat Tarawih dan witir mereka memberi jeda sekitar 30 menit dan pukul 24.00 mereka mulai shalat Tasbih yang berdurasi hampir satu jam. Ada jeda istirahat sebelum shalat Tahajud sekitar lima belas menit. Setelah itu mereka lanjutkan sholat Tahajud hingga waktu sahur tiba.
Undangan ke rumah. Di beberapa kecamatan yang berdekatan dengan ma’had tahfidz, rumah-rumah warga kerap sekali dikunjungi oleh para santri tahfidz untuk memenuhi undangan. Bukan hanya sekedar berbuka bersama, ev sahibi, tuan rumah minta dibacakan Alquran sambil menanti waktu berbuka puasa. Biasanya, mereka minta dibacakan surat-surat pilhan dari Alquran. Surat, Al-Rahman, Al-Waqi’ah, Yasin, Al-Mulk dan juz tiga puluh. Satu jam sebelum berbuka, para santri ma’had memulai tasmi’ dan diakhiri dengan doa untuk tuan rumah dan seluruh umat islam.
Wallahu a’lam.
*) Mahasiswa S1 Fakultas Ilahiyat di Suleyman Demirel Univeristy. Mahasiswa yang cukup aktif dalam dunia kepenulisan dan keorganisasian, salah satu pengurus di perkumpulan para peminat sastra dan tulis, FLP Turki. Juga salah satu pengurus di perkumpulan pelajar indonesia di Turki, PPI.