Kamis 20 Jul 2017 17:24 WIB

Indonesia Rindukan Generasi Penakluk

Demografi Penduduk (ilustrasi)
Foto: Antara
Demografi Penduduk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sururum Marfuah Hash *)

Dunia barat tidak dapat menutup ketakutannya. bahwa Indonesia sebagai negara yang berkembang mempunyai potensi besar, yakni dengan adanya bonus demografi pada 2020-2030. Plh Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan BKKBN, Ida Bagus Permana mengakui, bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah usia angkatan kerja yang berkisar 15-64 tahun yakni mencapai 70 persen.

Geografi politik memandang masalah penduduk sebagai hal yang paling penting. Kekuatan suatu negara salah satunya ditentukan oleh keberadaan jumlah penduduk. Permasalahan negara saat ini terutama Indonesia adalah mengurusi penduduk.

Target penghancuran generasi

Berbeda halnya dengan negeri maju yang, saat ini, sedang mengalami ketakutan yakni dengan adanya depopulasi (penurunan populasi) yang diakibatkan oleh “agenda overreaching elit barat”. Tidak heran jika negara maju kapitalis ini mengupayakan berbagai cara dalam menguasai pola pikir pemuda dan anak-anak. Hal ini ditujukan agar sang anak hilang jiwa kritisnya dan tidak peduli terhadap kolonialisme era modern yang saat ini terjadi.

Bahkan, Founder dan Chairman of Geopolitical Futures yaitu George Friedman yang mengakui, bahwa kebanyakan negara yang berada di Eropa mengalami penurunan populasi penduduk terkhususnya German dan Rusia. Hal ini juga terjadi di Jepang dan Korea Selatan, karena sistem ekonomi yan terus membuat mereka akhinya hanya memedulikan karir, cara untuk melampiaskan hasrat seksual mereka pun dengan berbagai cara yang intinya tidak menghasilkan keturunan. Wajar saja, jika negara tersebut mengalami penurunan populasi.

 Pahamkan politik pada anak

Orang tua sebagai gerbang utama pendidikan anak memiliki andil besar untuk dapat menjadikan si anak sebagai generasi penakluk, yang bukan hanya menaklukan Indonesia melainkan juga menaklukkan dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, orang tua terlebih dahulu perlu untuk mengajarkan pada anak tentang politik. Bukan tanpa alasan, karena saat ini politik telah memiliki citra buruk dari kalangan penguasa, seperti halnya adalah korupsi, pencucian uang, dan berbagai permainan politik kotor lainnya. Wajar saja jika saat mereka tumbuh besar, mereka menjadi takut terhadap dunia politik yang menjadikan ini sebagai ancaman bagi Indonesia, karena jika generasi muda sudah benci pada politik maka tidak ada lagi yang dapat diharapkan untuk menjadi pemimpin.

Ajarkan pada sang anak bahwa politik bukan hanya tentang kekuasaan namun juga tentang kepedulian. Politik bukanlah kegiatan mempermainkan uang, melainkan sebuah kegiatan untuk mewujudkan kesejahteraan. Politik juga bukan untuk memperebutkan kekuasaan melainkan untuk ajang berlomba-lomba dalam kebaikan, karena rakyat yang baik hanya akan dihasilkan oleh pemimpin yang baik. Sang anak juga perlu tahu bahwa politiklah yang mampu membuat orang terlantar menjadi sejahtera, sekolah menjadi gratis, hutang negara menjadi lunas, dan pornografi serta narkoba dan kawan-kawannya menjadi musnah.

Anak yang saat ini dalam target penghancuran asing perlu untuk diselamatkan dengan terus melatihnya yakni membiasakan dirinya dalam memahami masalah politik dunia. Latih jiwa kritisnya terhadap sebuah fenomena politik Indonesia. Hal ini karena anak tergantung dari bagaimana orang tuanya membiasakan dirinya. Itulah kenapa orang tua terutama ibu, haruslah ibu yang berpendidikan yakni seorang ibu yang mampu mencetak generasi yang lahir dari tangannya sebagai seorang politikus yang bukan sekedar ahli dalam politik melainkan juga di bidang yang dikuasainya seperti sains dan teknologi.

Latih pemahaman geospasialnya

Anak perlu mengetahui dimana dia tinggal. Bukan hanya soal nama tempat namun juga tentang kekayaan yang ada didalamnya. Karena saat ini, asing dan para kapitalis lainnya sedang berusaha menghentikan daya kritis mereka. Mulai dari menghadirkan berbagai game playstasion serta game online yang pada tujuannya ini merupakan langkah strategis dalam mengalihkan fokus si anak.

Indonesia sebagai negara yang kaya mulai dari daratan hingga lautannya perlu untuk diketahui oleh sang anak. Mereka perlu untuk dilatih jiwa kritisnya terhadap bagaiamana upaya asing dalam menjarah kekayaan alam Indonesia, yakni dengan menjauhkan pola kehidupan penduduk setempat dari keadaan lingkungannya. Ceritakan padanya, bagaimana dulu rakyat begitu menyukai buah lokal seperti mangga, rambutan, atau pisang. Namun, karena pasar bebas yang telah mencuci otak para penguasa membuat para penguasa lupa bahwa buah lokal terpaksa harus bersaing hingga akhirnya rakyat “dipaksa” mengonsumsi buah impor sampai pada tahap “addicted”. Dengan cara ini, harga buah lokal membuat petani tidak bergairah karena buah-buahan impor menyerbu pasaran.

Generasi penakluk digital

Hadirnya teknologi sebagai alat komersialisasi produk kapitalis dan asing untuk dapat menguasai otak anak dapat dikendalikan dengan peran serta orang tua. Dengan pengontrolan, bimbingan, dan perhatian kepada anak yang merupakan usaha terbesar yang dapat menggerakkan tindakan anak untuk  mendapatkan proteksi yang paling utama, yakni keluarga. Generasi penakluk digital ini akan hadir sebagai generasi abad 21 yang akan menguasai teknologi.

 

Tanpa disadari saat ini para kapitalis, yakni negara maju yang terus-menerus mengikat Indonesia dengan hutang yang berlimpah lama-kelamaan akan semakin takut. Ajarkan pada sang anak bagaimana negara maju menjajah Indonesia yakni dengan peguasaan media Informasi dan hiburan yang ditujukan untuk menciptakan gaya hidup yang konsumtif,. Gaya konsumtif inilah yang akan membuat masyarakat di negara berkembang mengantungkan teknologinya kepada negara maju. Ketika suatu bangsa sudah memiliki ketergantungan, pastilah bangsa tersebut akan membutuhkan barang-barang dan teknologi kapitalis, lalu kemudia membelinya secara berkelanjutan.

Dengan demikian dibutuhkan upaya untuk dapat menguasai teknologi untuk dijadikan sebagai “alat penjajah balik” yang ditujukan untuk melawan penjajahan tersebut. Anak memang perlu dididik sesuai dengan zamannya, jika saat ini zamannya adalah dengan teknologi, maka ajarkan sang anak pula untuk dapat menghadapi teknologi dan menguasainya. Penyampaiannya pun membutuhkan teknik yang tepat dan lugas sesuai dengan usianya. Tentu ini tidak cukup hanya mengandalkan orang tua saja. Karena pada dasarnya, pemerintah juga memiliki andil besar, seperti kewenangan dalam meretas situs porno yang harus terus digalakkan bukan dibiarkan bebas beredar di dunia internet, serta masih banyak lagi.

*) Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement