REPUBLIKA.CO.ID, -- Sinetron anak dan remaja di TV banyak beradegan ciuman antarlawan jenis yang belum menjadi pasangan sah suami-istri. Begitu juga film kartun, banyak mengekspose pornografi dan pornoaksi. Contoh saja, kartun Popeye, Shincan, dan belum lagi lainnya yang lebih parah.
Hal ini sangat mengkhawatirkan karena anak dan remaja berada dalam usia yang rentan. Pada usia tersebut para remaja sedang mencari jati diri, kebanyakan di antara mereka yang menjadi galau. Mereka belum begitu bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Para orang tua harus mendampingi anak dan mengedukasi anak saat sedang menonton televisi. Karena itu, sangat dianjurkan tata letak televisi berada di ruangan keluarga.
Selain itu, mestinya tidak diberikan satu televisi untuk satu anak dan disimpan di kamar anak. Hal ini membuat mereka sulit dipantau. Karena itu, sangat dianjurkan tata telak televisi berada di ruangan keluarga.
Selain itu, mestinya tidak diberikan satu televisi untuk satu anak dan disimpan di kamar anak. Hal ini membuat mereka sulit dipantau. Masyarakat dalam hal ini harus memperketat kontrol sosialnya kepada lingkungan sekitar.
Kalau terindikasi ada anak atau usia sekolah yang menonton atau melakukan tindakan asusila segera dicegah dan dilaporkan lepada pihak yang berwajib. Di antara peran keluarga dan masyarakat, peran negara jauh sangat besar dalam hal ini.
Sebab yang bisa dan efektif menghentikan tayangan yang tidak bermutu, tidak mendidik, merusak akidah, dan berbau porno ini hanyalah negara melalui lembaga pengawasa yang selalu memantau semua produk dan pemikiran dan tayangan di tengah masyarakat.
Paling penting, negara tak menunggu adanya protes terlebih dahulu dari masyarakat. Dengan kebijakan seperti di atas, siaran televisi akan menjadi modal sosial dan kekuatan yang luar biasa untuk mendidik masyarakat, khususnya anak.
Alghi Fari Smith
Jalan Kampung Melayu 305
Pangkalpinang