Senin 07 May 2012 23:39 WIB

Patung Liberty, Tuturutan, dan Oreg Tempe

Tampak dari foto udara, satu World Trade Center berdiri dan Patung Liberty, Selasa (30/8). (AP Photo / Mark Lennihan)
Tampak dari foto udara, satu World Trade Center berdiri dan Patung Liberty, Selasa (30/8). (AP Photo / Mark Lennihan)

REPUBLIKA.CO.ID,  Puisi Budi Sabarudin

 

Mengapa kau biarkan begitu saja

Patung liberty, kincir angin, menara eifel, dewa matahari

Masuk ke dalam pikiranmu

Juga kau telan habis kisah kucing liar Katty Parry

Kaos Victoria Becham ke dalam perutmu

Akhirnya kau pun memajang paha, ketiak, dan payudara

Di super market, terminal, stasiun, pasar-pasar tradisional,

Jalan dan trotoar, bahkan di kolong-kolong jembatan

dan lampu merah, termasuk di gedung-gedung bioskop

dan pangung-panggung hiburan dengan pembawa

acaranya tak tidak lulus SD

 

Semua itu menjadi barang-barang hidup yang engkau obral

Dengan discount 30 persen, dan ada kalanya sampai 50 persen

 

Malah di media sosial facebook discount pun sudah tak berlaku lagi

Karena tubuhmu dunkin donut yang dilumuri coklat dan serbuk keju

Siap disantap, dipotong-potong dan ditusuk dengan garpu

 

“Hei, dari mana kau belajar rumus dagang seperti itu?

Aku kira itu bukan teorinya pengusaha Ciputra

atau Agung Podomoro, juga Aburizal Bakrie.”

Aku bertanya ketika tubuhmu sudah ditumbuhi rumput ilalang

Yang di dalamnya semua jenis rayap hidup dan berkembang biak

 

O, sehelai rambut pun yang tak kau tutupi, yang kau biarkan tergerai

Tak kan jadi sampan yang mengantarmu melewati sungai-sungai susu

 

Lihat, batu-batu besar itu berterbangan ke udara

Berkumpul bersama awan. Juga gelombang laut

sudah sampai mencium langit pada lapisan paling tinggi

Pucuk api dari kompor-kompor dan tunggku-tungku

di dapur pun sudah menari-nari

Sedangkan lidah laki-laki panjangnya sudah melebihi jalan tol

Kalau kau kena jilatannya, kau pun mati di dalamnya

Tapi itu tak membuat lak-laki menjadi kenyang

 

Ribuan tahun, di matanya, laki-laki itu membangun pengeboran minyak

Dan pom bensin-pom bensin, solar, pabrik-pabrik gas

yang mengemas tabung  12 dan 3 kg, dan blower-blower alat pendingin

 

Aku ingin mengingatkan, Ibumu yang melahirkan

Engkau dengan bantuan paraji, dulu selalu memasak sayur asem,

Tumis toge dan kangkung, oreg tempe, goreng dan bacem tahu

Pepes ikan teri, dan sambel bledag dengan lalap

Daung singkong dan pepaya

Ibumu juga mengajarkan engkau mencuci baju, kutang, celana dalam,

Baju seragam sekolah, sarung dan mukena dari semua kotoran

Lalu menjemurnya digantung pada tali kawat

Yang disangga beberapa bambu

 

Jika sudah kering, ibumu membeli arang dan membakarnya

Bersama batok kelapa di atas seng. Setelah keluar bara

Dimasukan ke dalam setrika. Mulailah ibumu menyetrika hingga

Baju-bajumu itu menjadi bersih dan licin

 

Ibumu juga yang membelikan engkau tuturutan

Agar pandai mengaji, agar engkau tak menjadi kaos kaki

Yang dijual di emper-emper toko pedagang kaki lima

Rasakan gunung-gunung yang murung dan memendam marah

Rumput-rumput laut dan bakau yang merintih-rintih

Bumi pun gempa, rumah berderak-derak

Tangkaplah angin yang yang berputar-putar kehilangan arah itu....

 

Tuturutan = Juz Ama

Tangerang, 26 April 2012

BUDI SABARUDIN, lahir di Desa Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Senang menulis cerpen dan puisi serta naskah drama anak-anak. Karya-karya cerpen dan puisi pernah dimuat di koran lokal dan nasional serta media online. Mengelola Sanggar Kancil yang menggarap “Teater Halaman Rumah” untuk anak-anak di lingkungn sekitar rumah. Salah satu cerpennya “Gadis Pemetik Kangkung” terangkum dalam antologi cerpenis Mataram-NTB (1998).  Kini tinggal di Taman Royal 3, Jalan Akasia 3 AX1 No 8, Cipondoh, Kota Tangerang. Email : [email protected] ***

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement