REPUBLIKA.CO.ID, Puisi Budi Sabarudin
Museum tua
Tak ada kata
Percakapan
Benteng batubatu
Mengurung
Mengeja bulan dalam batin
Angin membawa jauh
sampan kenangan
bersama deburan ombak
senyum ikanikan
Menyebrangi lautan
Melewati ribuan malam
Hutanhutan jati
tiba di tanah
Gelap
Adikku....
Dengan bijibiji tasbih
Bentangan sajadah
Basah air mata
Kuhitung luka
dari lelehan darah
sayatan kangen
sesak dan koyaknya
rindu dendam
Adakah sebilah pedang
dan sangkurnya, atau
Kuburan dan kain kafan
dalam kebisuan
pelarian
reruntuhan
kemurungan?
“Tuhan... jangan ada kematian,” katamu
Dulu, dalam doa, sepi
Terasing sendiri
Tangerang Selatan, 30 Mei 2013
Budi Sabarudin, lahir di Desa Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Senang menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya pernah dimuat di sejumlah koran lokal, nasional, dan online. Sehari-hari bekerja sebagai jurnalis. Kini tinggal di Taman Royal 3, Jalan Akasia 3 AX1 No 8, Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Email : [email protected]