REPUBLIKA.CO.ID, Puisi Budi Sabarudin
Ini kali kepergianku tinggal menghitung detik
Apalagi yang mesti kutafsir dari peta jiwa masing-masing
Pulau-pulau mengecil
Mengambang
Berjauhan dalam sepi
Ada hujan kecil jatuh dari langit
Mengalir pada bukit-bukit yang perlahan tenggelam
Suaranya mirip butir-butir pasir
atau kalikali kerikil meluruhi tubuh kita
“Takdir itu tak selamanya menggembirakan,” katamu
Tapi ribuan tahun kuintip kekosongan itu
Bagai sufi merindurindu Tuhan dalam zikir yang abadi
Juga senyum sang penujum membaca nasib
Dari batu-batu yang ditangkap dari dunia gaib
Adikku…
Ada nyanyian gugur daun-daun kemboja
Mengisahkan angin berdesaudesauan
dari pedih dan sakitnya pekuburan
Diantara kepiluan batangbatang tua
belitan akar-akar, rantingranting kering, dan tanah lembab
Cobalah… sebentar saja… dengarkan suaranya itu, Kekasih
Serang-Banten, 29 Mei 2001-Tangerang, 30 Agustus 2013
Budi Sabarudin, lahir di Desa Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Senang menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya pernah dimuat di sejumlah koran lokal, nasional, dan online. Sehari-hari bekerja sebagai jurnalis. Kini tinggal di Taman Royal 3, Jalan Akasia 3 AX1 No 8, Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Email : [email protected]. Hp 087-8830-36184