Rabu 25 Sep 2013 11:16 WIB

Cuci Otak

Otak cerdas (ilustrasi)
Otak cerdas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Puisi Budi Sabarudin

                                                             

Serupa pengemis, berkarungkarung

kupungut ribuan proyektil katakata

dari pesta panggung ke panggung pemilu

dari sidang parlemen ke sidang parlemen

 

Pada musim hujan, kemarau, dan paceklik

malah ada banyak program daur ulang

disusun dari selongsong pikiran para abtenar

dari kantor pemerintahan ke kantor pemerintahan

 

Di jalanan

Di hutanhutan

Di gubukgubuk

Amarahku

Sakitku

Dendamku

Ditangkap…

Diculik…

Divonis hakim

Dijinakkan peluru

 

O, dari dulu negeri ini tak pernah berhenti

dari urusan bau darah, mesiu,

dan dinasti kekuasaan, Bung

 

Perut akhirnya tinggal serat, juga ampas dan cairan tak berguna

Kain pel merah putih yang terus-menerus dibanting,

dibilas, diperas dan diinjakinjak

: Suluh bagi ribuan mulut, mata, dan jiwa yang terluka

 

Otak

dicuci

Kupahami

Tuhan

hanya

lima menit

Bulan dan matahari ibu tersenyum

dalam gelap orangorang membawa bom

Hotelhotel diledakkan, ratusan rumah dijarah

Kantorkantor dibakar, rukoruko dirampok

orangorang asing dimusuhi, dihabisi...

 

“Ibu, aku pengantin… aku kena tembak, Bu….”

 

 

Kekalik, Mataram-NTB 1998-Kota Tangerang 2013

 

Budi Sabarudin, lahir di Desa Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Senang menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya pernah dimuat di sejumlah koran lokal, nasional, dan online. Sehari-hari bekerja sebagai jurnalis. Kini tinggal di Taman Royal 3, Jalan Akasia 3 AX1 No 8, Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Email [email protected]; handphone 087-8830-36-184

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement