REPUBLIKA.CO.ID,Oleh : Hawe Setiawan
Dari sebuah kedai buku bekas di Bandung baru-baru ini, saya mendapatkan De Koran. Itulah terjemahan atas Alquran dalam bahasa Belanda karya Prof Dr JH Kramers (1891-1951). Buku yang saya dapatkan adalah cetakan ketiga, terbitan Agon Elsevier di Amsterdam tahun 1969.
Saya senang karena dua hal. Pertama, saya ingin mempelajari bahasa Belanda yang telah lama menghilang dari Indonesia —tidak seperti bahasa Inggris di India atau bahasa Prancis di Aljazair. Kedua, De Koran warisan Kramers adalah Alquran edisi Belanda pertama yang langsung diterjemahkan dari bahasa Arab.
Kramers adalah pakar bahasa Arab dan kajian Islam di Leiden. De Koran hasil terjemahannya pertama kali terbit pada 1956, sekitar 5 tahun setelah dia wafat. Buku ini terbit antara lain melalui kesanggupan R.W. van Diffelen meneruskan garapan peninggalan sang profesor.
Seperti yang dicatat oleh G.F. Pijper dalam sebuah buku tahunan untuk Akademi Kerajaan Belanda untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan (KNAW) dari awal tahun 1950-an, Johannes Hendrik Kramers lahir di Rotterdam pada 26 Februari 1891 dan wafat pada 17 Desember 1951.
Sejak masa kanak Kramers mempelajari bahasa asing seperti bahasa Itali, Rusia, dan Ibrani. Pada 1909 dia mulai belajar di Leiden, antara lain kepada Snouck Hurgronje. Di situ dia antara lain mempelajari bahasa Arab dan “bahasa-bahasa Timur” (Oosterse talen) lainnya. Atas saran gurunya, Kramers menelaah hukum hingga mendapat gelar doktor di bidang itu.
Pada 9 Februari 1940 Kramers dilantik sebagai gurubesar di bidang bahasa Arab dan kajian Islam di Universitas Leiden. Pada kesempatan itu dia menyampaikan pidato berjudul “De taal van den Koran” (Bahasa Alquran). Katanya, fungsi bahasa Arab dalam Islam sepadan dengan fungsi bahasa Latin di Gereja Katholik. (De Telegraaf, 9 Februari 1940).
Suratkabar De Tijd (12 Januari 1957) menyebutkan bahwa De Koran terjemahan Kramers adalah “terjemahan Belanda yang pertama dari bahasa Arab atas kitab suci para pengikut Muhammad” (de eerste Nederlandse vertaling-uit-het-Arabisch van het heilige boek der Mohammedanen). Dalam kata-kata G.F. Pijper, warisan Kremers ini adalah “de eerste Nederlandse Koranvertaling”.
Sebelumnya, terjemahan Alquran dalam bahasa Belanda didasarkan atas terjemahan pula, tidak langsung dari bahasa Arab. Kremers sendiri, dalam pengantarnya untuk De Koran cetakan ketiga itu, mencatat bahwa terjemahan Alqurandalam bahasa Belanda sudah muncul sejak abad ke-17. Dicatat, terjemahan Alquran dalam bahasa Belanda yang tertua terbit di Hamburg pada 1641. Namun, terjemahan itu didasarkan atas edisi Jerman karya Salomon Schweigger (1623) yang didasarkan atas edisi Itali karya Arrivabene (1547). Adapun edisi Itali itu didasarkan atas edisi Latin yang terbit pada 1543. Itulah terjemahan atas terjemahan.
“Yang luar biasa bagi seorang sarjana Barat adalah pengetahuan Kramers mengenai teks Alquran; kemampuannya mengutip semua bagian dari Kitab Suci itu di luar kepala, mengingatkan (orang) pada ulama Muslim yang hafal seluruh isi Alquran,” tulis G.F. Pijper dalam obituarinya yang berjudul, “Herdenking van Johannes Henderik Kramers”.
De Koran terjemahan Kramers dilengkapi dengan indeks. Catatan kaki melengkapi terjemahan setiap surah. Pengantar dari penerjemah membahas sejarah Islam, Nabi Muhammad, dan, karakteristik Alquran. Seluruhnya 728 halaman.
Belakangan, pada awal 1990-an, Alquran terjemahan Kramers disunting ulang oleh Asad Jaber dan Johannes J.G. Jansen. Dalam pengantarnya, kedua penyunting itu antara lain memperlihatkan pendekatan mereka yang sedikit banyak berbeda dengan pendekatan Kramers. Kremers cenderung menekankan keunikan bahasa Alquran, sedangkan Jaber dan Jansen cenderung menekankan pentingnya terjemahan atas Alquran diakrabkan dengan penutur bahasa sasaran.
Kramers berpijak pada anggapan bahwa bahasa Alquran adalah bahasa illahi, yang sedikit banyak berbeda dengan bahasa manusia sehari-hari. Adapun Jaber dan Jansen menemukan beberapa istilah dalam terjemahan Kramers yang dianggap asing bagi penutur bahasa Belanda abad ke-20. Karena itu, beberapa istilah dari Kremers diganti dengan istilah lain yang diandaikan akan lebih mudah dimengerti.
Ungkapan “alhamdulillah” dari Surah Al Baqarah dalam terjemahan Kramers berbunyi “Lof aan Allah”, sedangkan dalam suntingan Asad Jaber dan Johannes Jansen berbunyi “Lof aan God”.
Di rumahku Alquran edisi Belanda bersampul hijau lumut ini kusimpan baik-baik, menemani terjemahan almarhum H.B. Jassin dalam bahasa Indonesia dan almarhum Abdullah Yusuf Ali dalam bahasa Inggris, juga terjemahan dan penjelasan almarhum Moh. E. Hasim dalam bahasa Sunda.
Kian kusadari betapa satu bahasa langitan terpancar ke dalam sekian bahasa insani di bumi. Itulah bumi yang kian sesak tapi masih menyisakan sedikit ruang bagi kedai buku bekas.