Senin 15 Jun 2015 20:46 WIB

Cinta yang Tersobek

Red: M Akbar
Patah hati/ilustrasi
Foto: twheader.com
Patah hati/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Hernawati, SE

Mentari pagi terlihat cerah. Arini bangun lebih pagi dari hari biasanya. Sebuah meeting telah terjadwal dengan karyawannya. Begitu hendak berangkat ke kantor, langkah Arini terhenti sejenak. Rupanya ada bahan meeting yang tertinggal. Arini kembali ke kediamannya. Langkahnya tampak bergegas untuk kembali.

Tak lama, jemari halus Arini telah meraih kunci kendaraannya. Lagi-lagi, entah mengapa ada firasat tak enak yang terus mengganggu niat Arini tuh bekerja. Rasa itu menghantuinya begitu kuat.

Sekejap saja, tangan Arini telah meraih ponsel yang ada di sampingnya. Sebuah pesan masuk. Pesan itu berasal dari Leo, pria yang telah menjadi tambatan hatinya selama beberapa tahun terakhir. Sayangnya, pesan yang berasal dari Leo sungguh tak biasa. Ada rasa lain yang telah membuat hatinya bergetar.

Pesan melalui ponsel itu menyampaikan berita bahwa Leo telah memutuskan untuk fokus mengabdi kepada negara. Fokus itu sengaja dipilihnya karena belajar dari kegagalan Leo sebelumnya akibat terlalu sibuk membagi waktu dengan Arini. Sesak hati Arini membacanya. Begitu gampangnya semua jalinan kasih sayang itu terputus.

"Apa salahku sehingga kau seperti ini?" protes Arini pada Leo melalui pesan yang dikirimkannya melalui ponsel. "Aku ini mengemban amanah orang banyak, demi mengabdi pada negara," begitu saja Leo menjawab.

Bak disambar petir, Arini seperti mendapat pukul teramat keras layaknya Mike Tyson menghujamkan pukulannya kepada lawan. Ia tak pernah menyangka bakal mendapat jawaban semacam itu. Kesal pun memuncak. Kepala seakan hendak pecah menahan amarah.

Akhirnya dengan emosi yang masih membengkak, Arini membatalkan meeting. Ia memerintahkan karyawannya untuk segera membereskan foto-foto dirinya bersama Leo yang masih terpajang di kantor. Pesannya sangat jelas, harus diselesaikan secara cepat!

Langkah menuju ke kantor akhirnya dibatalkan. Arini memilih pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Arini langsung lari menuju kamar. Ia menangis sejadi-jadinya. Meski kerap terlihat sebagai wanita yang kuat dan mandiri namun tak dipungkiri Arini memiliki perasaan yang lemah sebagai seorang wanita.

Masih teringat kata-kata sang belahan hatinya bahwa Arini adalah sumber kegagalan Leo. Hatinya pun berdialog. Bukankah keberhasilan dan kesuksesan adalah takdir Allah? Bukankah manusia hanya bisa berusaha dan berikhtiar? Begitu jawaban di dalam hati Arini yang kerap terdengar dalam hening.

Tapi apalah arti sebuah pembelaan di dalam hati. Hati Arini sekejap telah pecah, layaknya pecahan gelas yang dilempar benda keras. Tercerai berai. Begitu mudahnya Leo memutuskan jalinan kasih tanpa memberikan kesempatan untuk mempertahankan Arini. Ah, hari ini dunia terasa hendak runtuh bagi Arini.

Ingatannya pun melayang pada hari-hari sebelumnya. Sesungguhnya firasat akan putusnya hubungan dengan Leo itu sudah tersirat, baik melalui mimpi maupun tanda-tanda laku Leo selama ini.

Namun Arini selalu berusaha menepisnya dengan berpikir positif. Rasanya terasa sungguh ganjil alasan yang diberikan Leo. Mungkin ini bahasa halus penolakan hubungan untuk diteruskan atau justru memang sudah ada WIL di hati Leo sekarang ini? 

Air mata Arini tak juga berhenti. Matanya sembab bak disengat lebah. Tubuhnya lemas tak berdaya. Sungguh tak disangka, orang yang begitu diagungkannya sudah tega kepadanya. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali hanya pasrah menerima dengan hati terpaksa.

"Ya Allah sungguh tak enak keadaan ini, semoga saja tercapai keinginanmu Leo" begitu gumam Arini sembari mengusap air matanya. Kehilangan orang yang benar-banar dicintainya sungguh membuatnya tak percaya.

Sanggupkah Arini menanggung beban hatinya tanpa Leo lagi? Semoga Allah bisa memberikan jalan yang terbaik untuk Arini. Untuk Leo, entahlah... 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement