Rabu 13 Apr 2016 06:05 WIB

Kupluk "Domba" Maroko

Red: M Akbar
Soenarwoto
Foto: istimewa
Soenarwoto

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H Soenarwoto Prono Leksono (Penulis tinggal di Madiun, Jawa Timur)

Dio, pemuda non-muslim yang dua bulan lalu berkeinginan memeluk Islam, akhirnya benar-benar merasakan betapa sebagai muslim itu tidak enak. Berat sekali. Ibarat menggenggam bara api.

Ia pun menyatakan diri kembali tetap menjadi non-muslim sesuai keyakinannya semula. Lalu ia juga mengembalikan kupluk maroko saya yang dulu dimintanya dengan "paksa". (Baca: Memeluk Islam Itu Berat)

Saya katakan begitu karena dia minta kupluk maroko saya itu dengan "memaksa". Ngotot. Karena ngotot maka kupluk maroko warna merah saga kesukaan saya berbahan kulit domba (laken) yang saya beli di Makkah dengan harga tak murah itu, akhirnya saya berikan kepadanya.

Dulu, terpaksa saya berikan juga alih-alih sebagai sedekah buat pemuda calon mualaf itu.

Sebenarnya, dalam pandangan saya, pemuda ini belum pantas memakai kupluk maroko yang digemari para kiai sepuh itu. Apalagi, ia masih mualaf. Itu pun kalau ia benar-benar masuk Islam.

Maka, ketika Dio mengembalikan kupluk maroko klangenan saya itu, hati saya amat senang sekali. Bukan karena apa, kupluk laken asal Maroko berbahan halus kulit domba itu sangat cocok dengan bentuk kepala saya. Matching.

Sedangkan saya tak sedikit pun punya niat ingin mempengaruhi generasi agama lain untuk "menyeberang" ke Islam, seperti yang hendak dilakukan Dio. Sebab, itu tidak baik dan tidak bijak.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement