Ahad 29 May 2016 08:33 WIB

Para Penyembah Sains

Red: M Akbar
Harri Ash Shiddiqie
Foto: istimewa
Harri Ash Shiddiqie

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Harri Ash Shiddiqie (Penulis bermukim di Jember)

Tahun 2010, pakar matematika dan fisika teori, Stephen Hawking, memberikan pernyataan mengejutkan: "Surga itu cuma dongeng bagi orang-orang yang takut kegelapan." Tentang Tuhan, apa jawaban Hawking?  Alam semesta tercipta tanpa peran Tuhan.

Empat tahun kemudian, Hawking menyatakan dirinya atheis. Dibanding agama, sains memberikan penjelasan penciptaan alam yang lebih menjanjikan, lebih memuaskan. 

Hawking tidak sendirian. Laplace dikenal sebagai astronom, ahli kimia, juga matematika. Persamaan diferensial yang rumit bisa selesai melalui Transformasi Laplace. Ia menyusun buku tentang alam semesta, tentang orbit planet-planet yang kemudian dibaca Napoleon. 

Tatkala dipanggil ke istana, terjadi dialog, kenapa dalam buku itu tidak disebut nama Tuhan, seperti yang telah dilakukan oleh Lagrange (matematikawan lain yang lebih senior), Laplace menjawab:"Saya tidak membutuhkan hipotesa itu."

Hipotesa saja tidak. Artinya, dugaan tentang keberadaan Tuhan di urusan alam semesta itu tak ada, karenanya: tak diperlukan.

***

Hawking dan Laplace yakin dengan kebenaran sains yang selalu bergerak maju dan selalu ke arah yang benar. Bila berjalan ke arah yang keliru, ada ilmuwan lain yang menuntun atau meluruskannya. Karena sains selalu terbuka diuji.

Bisa jadi, suatu pendapat atau rumus telah dianggap benar, tetapi hasil penelitian dan fakta-fakta terbaru menyatakan itu salah, maka pendapat lama itu tidak dipakai lagi, ia ditinggalkan.

Dua ciri sains, rasional dan empiris. Jelaskan (bahwa itu masuk akal) dan buktikan (secara empiris, fakta)! Roh? Secara empiris tidak bisa diukur, tak bisa dicecap. Itu dongeng, tak usah dipercaya. 

Percayalah pada matematika.

Einstein menunjukkan dengan matematika tentang relativitas, dari sana diprediksi lintasan cahaya akan melengkung karena gravitasi, itu terbukti saat gerhana matahari 1919. Friedman tahun 1922  menunjukkan model matematika pengembangan alam semesta.

Tujuh tahun kemudian Edwin Hubble memprediksi bahwa alam semesta berkembang, ini berasal dari jarak antar benda-benda angkasa yang semakin berjauhan, dugaan Big Bang mulai muncul. Tahun 1964 ditemukan gelombang kosmis (Cosmic Microwave Background ) yang menunjukkan ledakan Big Bang lebih dari 10 miliar tahun yang lalu. Ini meneguhkan pernyataan Hubble.

Sains tidak bohong, ia memberi pembuktian dan penjelasan. Memang belum seluruhnya, ini sesuai perkembangan manusia dari generasi ke generasi berikutnya.  Pengalaman telah menunjukkan: Sains adalah segala-galanya.

Ketika seorang anak desa, penggembala kerbau tak berbaju mengajukan pertanyaan, malu-malu, "Bagaimana dengan kuda lumping?  Bukankah paman ilmuwan pernah melihatnya mengunyah kaca, berjalan di atas bara api, tanpa melepuh, tanpa apa-apa?"

Ilmuwan itu manggut-manggut,"Memang itu empiris, itu bukti, fakta. Penjelasannya nanti, sains pasti menjawabnya. Saat ini kemampuan manusia masih di sekitar  teori String, membentuk 'teori M' yang kelak menuntun pada Theory of Everything. Teori yang akan menjawab tentang segala apa yang terjadi di alam."

***

Itu di 'Barat', bagaimana dengan Islam?

Islam tegas menyatakan, iman itu urusan hati, di dada. Di berbagai ayat Al Quran ada pernyataan tentang hati yang tertutup, hati yang keras, terkunci, membatu. Di ayat yang lain Allah memerintahkan agar manusia berpikir, menggunakan otaknya untuk mempelajari, mencari hikmah seluruh alam dan isinya, tentang kejadian manusia, bulan, gunung, sampai nyamuk. 

Ilmu dan hikmah yang diperoleh agar diresapi, dihayati untuk menuntun rasa kecil tak berdaya, tunduk, bersungkur, seperti yang dinyatakan alam surat Al Baqarah 285 mendengar dan taat.

Urusan hati adalah misteri. Tak ada formula matematika atau hukum fisika yang menyatakan bahwa setelah melalui begini dan begitu maka si A jatuh cinta kepada si B.

Semua psikolog tahu bahwa rasa cinta, kecewa, benci, semuanya tak bisa direkayasa, tak bisa dipaksa. (entah bagaimana, gambar jatuh cinta itu berupa panah yang menembus daun waru/hati, bukan menembus otak di kepala). Iman itu di hati, bukan di kepala.

Hati yang tak beriman bisa terjadi pada siapa saja, si pakar atau si bodoh matematika. Di masa Rasulullah,  Bilal dan Sumayyah adalah  budak yang tidak pernah sekolah. Cambuk, panggangan panas matahari pada Bilal, tombak menembus tubuh Sumayyah, sama sekali tidak menggoyahkan iman.

Dalam sebuah forum diskusi,  tatkala seseorang menyampaikan pertanyaan, kenapa begitu banyak orang tak beriman? Ada yang menjawab : Ya, karena hatinya tertutup. Kenapa tertutup? Apa yang disembahnya salah, paham yang dipeluknya keliru. 

''Ya. Allah : Tunjukkan kami jalan yang lurus.....'' Amin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement