Kamis 01 Nov 2012 17:13 WIB

Islam: Asas Pergerakan Pemuda Menuju Perubahan Hakiki

Pemuda Muslim
Pemuda Muslim

“Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, satu orang pemuda mampu merenggut dunia.” (Ir. Soekarno)

“Perubahan”, satu kata populer yang menjadi harapan banyak orang. Harapan untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungan sekitarnya. Perubahan ke arah yang lebih baik tentunya.

Perubahan ini semakin nampak urgensitasnya jika kita melihat realitas yang ada di sekitar kita. Perubahan juga tidak akan lepas dari subjek yang disebut “agen perubahan”. Agen perubahan ini pun biasanya dilekatkan kepada pemuda. Namun, apa itu perubahan? Mengapa perubahan identik dengan sosok pemuda?

Perubahan dan pemuda

Berubah berarti melakukan suatu gerakan untuk beralih dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Perlu kita ingat, perubahan merupakan hal yang niscaya. Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqadimah meramalkan dalam siklus sejarah dunia berupa perubahan berbentuk spiral history, yakni torehan sejarah akan terus terukir sepanjang hayat hidup manusia di bumi ini.

Ketika kehidupan masih berkecamuk di bumi ini, namun perang kepentingan masih berlangsung, maka perubahan tidak akan pernah usai. Setiap masa kehidupan akan berakhir dengan perubahan. Dan perubahan awal menjadi antitesis dari kehidupan selanjutnya dan demikianlah seterusnya.

Suatu perubahan biasanya diidentikkan dengan sosok pemuda. Hal ini dikarenakan, untuk melakukan perubahan pastinya kita memerlukan energi yang tidak kecil, dan potensi energi besar ini ada dalam diri pemuda.

Pemuda adalah sosok manusia yang berada dalam batas usia produktif. Ia memiliki banyak potensi dalam melakukan suatu perubahan, seperti fisik yang kuat, potensi akal yang besar, kemauan yang kuat, cita-cita yang tinggi, dan sebagainya.

Potensi yang dimiliki pemuda tentu haruslah diarahkan untuk melakukan perubahan, untuk sebuah pergerakan, tidak hanya untuk dirinya ataupun keluarganya, namun juga untuk masyarakat. Seorang pemuda dalam melakukan suatu pergerakan bagaikan seorang dokter. Dia harus mendiagnosa dengan benar apa sebenarnya penyakit yang diderita oleh negeri ini, dan memberikan obat tepat yang dapat mengobati penyakit tersebut langsung ke sumber penyakit.

Dua komponen tersebut haruslah ada, tidak boleh hanya satu, karena dua komponen ini memberikan efek yang saling berkaitan. Jika dua komponennya tidak ada, seperti seseorang menderita sariawan, namun mengobatinya hanya dengan mengoles obat di tempat sariawan, padahal yang sebenarnya sakit adalah lambungnya. Sariawan itu tidak akan hilang dan akan muncul kembali, karena tidak mengobati ke sumber penyakitnya. Inilah yang menjadi tugas untuk pemuda dalam merubah negeri ini.

Dari zaman sebelum reformasi sampai saat ini, pergerakan pemuda tidak pernah hilang. Kebanyakan dari berbagai pergerakan yang ada, hanya sedikit yang dapat mensintesis apa penyakit di negeri ini. Hanya amat sedikit yang dapat menemukan antitesis apa yang sebenarnya menjadi obat untuk mengobati negeri ini.

Misalnya terdapat permasalahan kebodohan di negeri ini. Jika kita tidak berpikir secara cemerlang, kita akan melakukan perbaikan hanya di daerah pendidikan saja, seperti memperbaiki kurikulum, kompetensi gurunya, bangunan sekolah dan lainnya. Ini merupakan indikasi bahwa kita terjebak dalam pergerakan pragmatis. Itu artinya, kita hanya melihat masalah tersebut dari permukaan, dan menyelesaikan masalah tersebut dengan solusi yang tidak tepat sasaran. 

Berbeda halnya jika kita berpikir secara cemerlang. Kita melihat masalah kebodohan ini, dengan melihat realita yang ada di sekitarnya. Kenapa terjadi kebodohan? Tidak mendapatkan pendidikan. Kenapa tidak memiliki pendidikan? Karena tidak punya uang (ekonomi). Kenapa tidak punya uang? Karena sakit. Kenapa bisa sakit? Karena makannya tidak benar. Kenapa makannya tidak benar? Karena tidak punya uang buat beli makanan sehat (ekonomi). Kenapa tidak punya uang? Ini akan terus berputar bagaikan lingkaran yang tidak pernah putus, inilah yang disebut dengan aturan yang tersistematis (sistem).

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada pergerakan mahasiwa yang sudah menemukan sintesisnya, tapi keberadaanya masih pencilan. Sudah ada pergerakan mahasiswa yang menyadari, bahwa akar masalah yang sebenarnya terjadi adalah sistem. Tapi, mereka masih belum menemukan antitesis yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Mereka membuat solusi yang berasaskan sosial, dan memberikan solusi atas asas sosial juga.

Islam: asas pergerakan pemuda Muslim

Sebagai seorang manusia, kita tentu harus memahami arti eksistensi kita di dunia. Sebagai seorang muslim, tentu harus memahami apa itu Islam. Allah SWT telah berfirman:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Dan dalam firman-Nya yang lain:

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan untukmu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam menjadi agama bagimu." (Al-Maidah: 3)

Islam merupakan agama yang kamil (sempurna) yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Baik itu ketika manusia berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dan dengan manusia lainnya. Islam adalah sebuah pandangan hidup, Islam adalah ideologi. 

Hanya saja, saat ini Islam hanya dijadikan sebagai agama ritual. Islam bagaikan sesuatu yang terlepas dari urusan kehidupan kebanyakan masyarakat. Islam ada di masjid-masjid, tapi tidak ada di urusan pendidikan, jual beli, pergaulannya (sekuler).

Kalaupun Islam dijadikan solusi, Islam hanya hadir sebagai alternatif pilihan saja karena tidak ada pilihan lain yang lebih baik manfaatnya. Bukan karena keyakinan bahwa Islam merupakan satu-satunya pilihan yang harus kita pilih. Bukan karena Islam merupakan konsekuensi keimanan kita terhadap Sang Khaliq.

Saya jadi teringat dengan salah satu poin yang terdapat Sumpah Mahasiswa, pada acara Kongres Mahasiswa Islam Indonesia (Jakarta, 18 Oktober 2009), yang berisi: ”Dengan sepenuh jiwa, kami menyatakan bahwa perjuangan yang kami lakukan bukanlah tuntutan sejarah tetapi adalah konsekuensi iman yang mendalam kepada Allah SWT”. Maka, akan jadi pertanyaan  besar, jika kita sebagai seorang muslim tidak mengambil Islam sebagai asas kita untuk melakukan semua aktivitas, termasuk melakukan suatu pergerakan. 

Berkenaan dengan hal ini, Allah SWT berfirman:

“Barang siapa mencari selain diin Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali-Imran: 85)

Jadi, hanya dengan Islam, pergerakan mahasiswa dapat menuju perubahan yang hakiki. Karena jika berkata hakiki, hakikat kehidupan kita pun berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Sudah sepantasnya kita melaksanakan semua yang Allah perintahkan, termasuk mengambil Islam sebagai asas dalam pergerakan menuju perubahan.

Wallahu a’lam bi ash-shawaab

Sarah Ismi Kamilah

Mahasiswi Fisika ITB

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement