REPUBLIKA.CO.ID, Ranking Timnas Indonesia turun lagi, hal ini dikarenakan pemain timnas bukan dilatih bermain sepak bola tapi dilatih cara berpolitik. Timnas sepak bola Indonesia tidak akan menjadi apa-apa, jika oknum-oknum tidak memiliki sifat sportifitas masih menangani organisasi sepak bola Indonesia.
Belum kelar masalah dualisme antara PSSI dengan KPSI dan dualisme kompetisi antara ISL dan IPL, sekarang muncul lagi dualisme kepemimpinan pelatih antara Nil Maizar dengan Luis Manuel Blanco. Dan yang masih hangat adalah kemunculan nama badan tim nasional (BTN).
Meski bernama badan tim nasional, namun fungsi dan tujuan dibentuknya lembaga ini tidak jelas. Bagi saya, yang jelas BTN hanya menimbulkan ketidakjelasan di kancah persepakbolaan nasional.
BTN mencuat setelah dilaporkan ikut memanggil sejumlah pemain untuk bergabung ke timnas. Padahal sejak Desember 2012 lalu, urusan timnas di bawah kewenangan PSSI, termasuk pemanggilan pemain, diatur oleh Komite Adhoc Timnas. Walhasil pemain pun kini mengaku mendapatkan panggilan ganda untuk masuk ke timnas.
Pengurus BTN antara lain Isran Noor (Bupati Kutai Timur), Habil Marati (eks manajer timnas), Rudolf Yesayas, dan Tommy Arief.
Exco PSSI pun mempertanyakan alasan pembentukan BTN karena merasa belum menyetujui pembentukan badan tersebut. Apalagi BTN diduga membentuk susunan pengurus, juga merekrut pelatih asal Argentina, Luis Manuel Blanco.
Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin menegaskan bahwa BTN tidak menyalahi aturan dan tetap akan dijalankan. Opo meneh tidak menyalahi aturan. Jelas-jelas Exco PSSI tidak tau pembentukan BTN, kapan dan dimana BTN dibentuk, tupoksinya apa, semuanya masih dalam tahap kerancuan.
Apa yang ada dalam pikirin bapak-bapak pintar yang memiliki wewenang terhadap sepak bola kita? Sepertinya mereka suka sekali main monopoli?
Seharusnya jika ingin membentuk sebuah organisasi internal, ya lakukan sosialisasi dulu. Dengan sosialisasi ini kan pemain timnas ataupun pengurus organisasi bola dan semua fans Timnas Garuda tidak bingung.
Saya tunggu sosialisasi dari bapak-bapak pengurus PSSI.
Penulis: Degi Rahmat
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Udayana