Rabu 20 Mar 2013 16:30 WIB

Pencacahan Sampah, Solusi Penanganan Sampah Kota Jakarta

Sampah
Foto: RTC/Rifa Nurfauziah
Sampah

REPUBLIKA.CO.ID, Bencana banjir yang melanda Kota Jakarta pada akhir Januari 2013 yang lalu, telah memberikan kerusakan materiil dan immateriil yang sangat besar. Rusaknya infrastruktur jalan, infrastruktur permukiman, hingga penyakit bawaan air yang muncul pasca banjir, menimbulkan kerugian hingga mencapai Rp 20 triliun. Salah satu penyebab dari banjir besar tersebut adalah sampah.

Meskipun tingkat penanganan sampah di Kota Jakarta telah mencapai 72 persen yang terolah pada Instalasi Pengolahan Sampah (IPS) Bantargebang, namun 28 persen sisanya masih belum tertangani dengan baik, dari total 33 ribu meterkubik sampah per hari.

Meskipun hanya 0,84 persen sampah dari Kota Jakarta yang masuk ke sungai atau sekitar 280 meterkubik sampah/hari, jumlah tersebut telah menimbulkan kerusakan yang berarti.

Peristiwa tersebut seakan mengingatkan kita kembali, bahwa masih perlu ditemukan suatu formulasi yang cocok untuk sistem penanganan sampah perkotaan di Indonesia. Perkotaan di Indonesia dengan berbagai kondisinya, membutuhkan suatu solusi yang jitu dan efektif dalam menangani sampahnya

Konsep dasar dalam pemilihan proses pengolahan sampah perkotaan adalah proses yang mampu mereduksi volume dan/atau daya cemar sampah dengan laju tinggi sekaligus minim dampak negatif pada lingkungan dan terjangkau dalam pembiayaan. Apabila sampah diolah dengan laju rendah atau waktu detensi proses yang panjang, maka bisa berdampak pada besarnya luas kebutuhan lahan yang diperlukan, sementara lahan sangat terbatas di perkotaan.

Masyarakat perkotaan di Indonesia pada umumnya belum memiliki kesadaran untuk memilah sampah, padahal proses pemilahan sampah di IPS akan meningkatkan waktu detensi proses. Proses biologi konvensional yang memiliki waktu detensi proses panjang, juga masih membutuhkan penyempunaan kinerja proses.

Pengolahan sampah dengan pembakaran atau insinerasi merupakan proses yang memiliki laju tertinggi, namun kondisi saat ini masih belum memungkinkan bagi proses tersebut untuk diaplikasikan. Masih ada resistensi tinggi dari masyarakat terhadap emisi gas buang yang bakal dihasilkan.

Proses yang memiliki laju tinggi, namun memiliki dampak kerusakan yang minimal bagi lingkungan, adalah proses pencacahan. Proses fisika ini merupakan proses sederhana yang mampu untuk mereduksi volume sampah hingga menjadi tersisa 35 persen saja. Cara ini juga membuat kepadatan sampah akan meningkat hingga tiga kali lipatnya, yaitu dari sekitar 250 kilogram per meterkubik menjadi 750 kilogram per meterkubik.

Mengingat volume sampah menyusut menjadi tiga kali lebih kecil, sehingga bila sampah harus diolah lebih lanjut dengan proses lahan urug saniter di IPS Bantargebang, maka cara ini memperkecil kebutuhan lahan hingga tiga kali lipat. Dengan kata lain, umur teknis IPS Bantargebang akan menjadi tiga kali lebih panjang pula.

Dampak pencacahan sampah

Selain dapat memperpanjang umur teknis IPS Bantargebang, proses pencacahan sampah sebagai proses pendahuluan di IPS skala komunal, akan menyelesaikan banyak hal secara efisien dan efektif dalam bidang penanganan sampah. Dengan tercacahnya sampah, maka mengurangi rotasi pengangkutan sampah ke IPS Bantargebang.

Tak hanya itu dengan proporsi biaya pengangkutan sampah yang mencapai 60 persen dari biaya total, maka biaya penanganan sampah juga akan berkurang secara signifikan, Cara ini juga akan menurunkan besaran retribusi sampah yang harus dibayarkan oleh masyarakat.

IPS Bantargebang yang mengolah sampah dengan proses lahan urug saniter, sesungguhnya merupakan bioreaktor berukuran besar, yang mengolah sampah secara kedap udara atau anaerobik. Dalam kondisi anaerob, maka sampah organik dapat menghasilkan gas bio yang memiliki nilai kalor.

Semakin kecil ukuran cacahan sampah, maka laju produksi gas bio akan semakin tinggi, sehingga meningkatkan jumlah gas bio yang dapat dikonversi sebagai sumber energi atau listrik yang terbarukan. Selain itu, sampah yang telah memiliki kepadatan tinggi tersebut, akan membutuhkan penanganan dengan alat berat dalam jumlah yang lebih sedikit di IPS Bantargebang.

Jika dikemudian hari, Kota Jakarta akan menggunakan proses lain dalam mengolah sampah, maka sampah yang tercacah akan selalu memberikan kinerja proses yang lebih baik. Kinerja proses pengolahan sampah secara biologis, fisika, kimia, termal, ataupun kombinasinya, akan selalu lebih baik untuk sampah tercacah.

Kegiatan pengurangan sampah di sumber sampah atau dikenal sebagai kegiatan 3R (reduce, reuse, and recycle), juga akan berhasil dengan menempatkan proses pencacahan sampah pada IPS berskala komunal. Sampah yang telah tercacah saat diangkut dan diolah di IPS Bantargebang, akan menyebabkan pemulung sampah di IPS Bantargebang, beralih ke tempat-tempat sampah perumahan. Hal ini diakibatkan oleh semakin langkanya sampah yang dapat diambil, karena seluruh sampah sudah hancur saat tiba di IPS Bantargebang.

Dengan kata lain, kegiatan 3R yang selama ini belum berjalan dengan optimal, akan otomatis menjadi optimal. Selain itu, tingkat kecelakaan kerja para pemulung sampah di IPS Bantargebang juga akan berkurang, karena seluruh pemulung akan meninggalkan IPS Bantargebang, untuk memilah sampah di sumber-sumber sampah sebelum sampah tiba di IPS Bantargebang.

Proses pencacahan sampah membutuhkan biaya sekitar Rp 20 ribu-Rp 25 ribu per ton sampah dan proses lahan urug saniter membutuhkan biaya sekitar Rp 80 ribu per ton, sehingga total biaya pengolahan sampah menjadi sekitar Rp 100 ribu per ton sampah. Dengan biaya yang relatif terjangkau tersebut, maka proses pencacahan sampah yang dilanjutkan dengan proses lahan urug saniter, akan menjadi terobosan proses dan teknologi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Jakarta serta kota-kota besar lainnya, dengan cepat, efektif, dan efisien.

Penulis: Sandhi Eko Bramono, Ph.D.

Anggota Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI).

Kontak dengan penulis: sandhieb@yahoo.com

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement