Jumat 07 Nov 2014 17:51 WIB

Seri Kepemimpinan Maman Abdurrahman: Kewajiban Adanya Pemimpin

Ketua Umum PP Persis KH Prof Dr Maman Abdurrahman
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Ketua Umum PP Persis KH Prof Dr Maman Abdurrahman

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis) KH Prof. Dr. Maman Abdurrahman, MA

Pemimpin adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan, lebih-lebih pada kehidupan manusia yang memiliki  akal dan hati dengan anggota fisik yang lengkap dan amat fleksibel.

Pada surat al-Baqarah ayat 30 Allah dengan tegas menyatakan eskistensi manusia adalah untuk menjadi khalifah, mewakili Allah dan selanjutnya saling berganti mewakili manusia dari generasi ke generasi. 

Di samping itu, Allah SWT mengingatkan manusia  pula dalam memilih pemimpin sebagai mana tercantum pada ayat-ayat yang mengisyaratkan pemilihan pemimpin berikut ini. Pertama, harus memilih orang beriman dan  mengutamakan keimanan,  bukan orang kafir dan mencintai kekafiran dari keimanan (al-Taubah:23).

Kedua, orang yang memiliki keluasan ilmu dan kekuatan fisik, basthatan fi al-ilm wa al-jism (al-Baqarah: 247)  ketiga, harus orang yang kuat dan jujur, al-qawwi al-amin (al-Qashas: 26). Dalam ungkapan yang sederhana namun penuh makna, pemimpin harus orang  memiliki karakter  shiddiq, amanah, tabligh, fathanah.  

 

Rasulullah Saw amat memperhatikan sejak awal dan meletakkan dasar-dasar kepemimpinan, bukan hanya sekedar penentuan pemimpin, tetapi juga membicarakan adab-adaban dalam ketaatan pemimpina. 

Para penyusun kitab-kitab hadis adakalanya meletakkan masalah kepemimpinan  dalam kitab al-Fitan  (Fitnah-fitnah) dan kitab al-Ahkam (Hukum-hukum), seperti dilakukan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya, sementara Imam Muslim dalam Shahihnya meletakannya dalam Kitab al-Imarah (kekuasaan), belum lagi kitab-kitab hadis lain, minimal dalam as-Sunnan al-Arba’ah (Kitab-kitab Sunnah yang empat).

bersambung

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement