REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Widdi Aswindi
Pagi ini dilewati dengan berbagai rasa yang campur aduk. Semua menyatu dalam kesedihan yang luar biasa. Menjemput si anak baik, si bungsu yang luar biasa meninggalkan hikmah dan teladan. Asri Sofia Marwah namanya. Ia wafat saat sedang menyelam bersama suaminya di Labuan Bajo.
Tetapi bukan soal wafatnya yang mengundang kesedihan, Namun bagaimana dia hidup sebagai pribadi dan istri yang menjadi teladan luar biasa. Allah meminjamkannya hanya kurang dari 30 tahun saja untuk kami semua.
Dia adalah anak yang dimintakan di Baitullah. Dimohonkan rizkinya juga di Multazam. Dicarikan jodohnya juga di depan Kabah saat menjalani umroh dengan semua keluarganya sampai menjadi haji pertama diantara kami para kakak-kakaknya, walaupun dia si anak bungsu.
Asri adalah anak pertama keluarga Bapak sodik. Dia menikah dengan adik bungsu kami Giri Firmansyah. Mereka adalah pasangan yang luar biasa. Mereka menjalani kehidupan dengan berbagi dan bersama sekelilingnya keluarga maupun anak-anak.
Saya masih ingat sebelum dia berangkat. Asri sempat berbilang ucapan kalau perjalanan ini menjadi 'diving' terakhirnya, sebelum menjalani program untuk memiliki keturunan. Rupanya pertemuan Kamis malam itu adalah perjumpaan kami terakhir.
Terima kasih Asri, Si Tante Aso untuk Arrijaalu dan keponakan-keponakan lainnya. Insya Allah anak-anak kami akan selalu mendoakan dan mengiriminya doa-doa terbaik. Untuk adikku Giri, sesungguhnya kematian terbaik seorang muslimah adalah ketika menghembuskan nafasnya di pangkuan suami dan imam yang dicintainya.
Lengkap sudah hidup sang adik bungsu ini. Ia telah menjadi anak shaleh orang tuanya, menjadi kakak yang membimbing adik-adiknya, menjadi istri yang baik bagi suaminya dan menjadi muslimah lengkap yang memberikan teladan bagi semuanya.
Selamat jalan 'our youngest sister'. Sambutlah kami semua di gerbang keabadian dengan senyum khas yang dibuat Allah untukmu.