Senin 07 Sep 2015 05:45 WIB

Sohibul Iman, PKS dan JIL (2-Habis)

Red: M Akbar
Wakil Ketuai DPR, Sohibul Iman
Foto: Republika/Yasin Habibi
Wakil Ketuai DPR, Sohibul Iman

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ubedilah Badrun

(Pengamat Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta)

Dalam khazanah Islam, pluralis berkarakter itu ada pada filosofi "Yakhtalitun walakin yatamayyazun". Makna filosofisnya adalah berbaur tetapi tidak larut. Kebersamaan dipahami sebagai keniscayaan tanpa harus kehilangan identitasnya. Sikap Kang Iman menerima menjadi Rektor Universitas Paramadina dan menghadiri ulang tahun Kompas dalam dua tahun berturut-turut, dan berbagai aktivitas dengan beragam suku bangsa adalah perilaku seorang pluralis berkarakter yang Kang Iman tunjukkan.

Dalam konteks kenegaraan pemikiran pentingnya kebersamaan juga nampak dari 15 solusi krisis yang digagas Kang Iman untuk Indonesia saat ini. Meski posisi PKS di luar pemerintahan namun Kang Iman sebagai Presiden PKS mau berbagi ide untuk pemerintah. Ini artinya Kang Iman mengutamakan kebersamaan sebagai sebuah bangsa (Republika.co.id, 29/8/2015).

Ketiga, pemikiran tentang partai politik Islam modern. Dalam khazanah pemikiran Islam, pemikiran detail tentang partai politik berarti meniscayakan dua hal penting, yakni sikap pro demokrasi dan pemikiran politik Islam yang modern. Penulis mencermati tradisi intelektual Kang Iman bukan tradisi yang anti demokrasi, tetapi justru intelektual muslim yang pro demokrasi.

Dalam konteks partai politik Islam Kang Iman sangat intens fokus pada pentingnya partai Islam modern, dan PKS akan dijadikanya sebagai contoh partai Islam modern. Dalam analisis media penulis menemukan pernyataan Kang Iman tentang pentingnya partai politik Islam modern denfan mengingatkan agar partai politik memperbaiki fungsinya.

Diantaranya ketika Kang Iman menjelaskan fungsi partai sebagai agregasi ideologi. Bahwa kehadiran partai politik tidak bisa lepas dari ideologi yang dibawanya. Berbagai pemikiran yang ada dalam partai politik dirumuskan dalam satu ideologi yang utuh. Ideologi partai itulah yang dipegang teguh dan menjadi orientasi seluruh aktivisnya.

Partai ini hadir karena membawa ideologi besar yang sudah jelas. Partai sebagai institusi politik yang lahir dari rahim republik ini tidak menafikan ideologi bangsa besar ini yaitu Pancasila. Bahwa seluruh partai harus menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara ini dan menjadikanya sebagai rujukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

PKS memiliki ideologi partai yang jelas dengan basis Islam yang jelas untuk memberi manfaat bagi seluruh anak bangsa, dalam literatur politik islam disebut rahmatam lil 'alamiin atau menjadi rahmat bagi seluruh alam (Tribunnews.com,23/8/2015).

Penulis juga menemukan arah pemikiran politik Islam modern Kang Iman pada upayanya untuk memperbaiki pengelolaan manajemen partai, meningkatkan kualitas manajemen partai menuju partai modern dan profesional (hallobogor.com 22/8/2015).

Tiga pemikiran Kang Iman tentang Purifikasi Islam dalam partai politik, Pluralis Berkarakter, dan Partai Islam modern, jauh lebih terlihat autentitasnya di banding interpretasi JIL tentang liberalisasi internal PKS, sekularisasi, dan pluralisme. Pemikiran Purifikasi Islam dalam partai politik, Pluralis Berkarakter, dan Partai Islam modern menunjukan bahwa Kang Iman memiliki autentisitas gagasannya sendiri.

Tiga pemikiran di atas seolah mau membalikan tesis Nurcholis Majid (Rektor pendahulunya di Universitas Paranadina) tentang " Islam yes, Partai Islam no" menjadi "Islam yes dan Partai Islam yes". Berpolitik tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai muslim intelektual. Menerima demokrasi tanpa harus kehilangan jati dirinya sebagai muslim dan sebagai Indonesia. Semoga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement