REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. Misbah Fikrianto, MM, M.Si (Peneliti Indonesia Bermutu)
Kondisi persaingan dan perkembangan yang begitu cepat, membutuhkan kontribusi pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Untuk itu pendidikan dijadikan sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh masyarakat.
Salah satu indikator majunya suatu bangsa ditentukan dengan indeks pengembangan kualitas sumber daya manusia, yang hasilnya didapat dari proses pendidikan yang bermutu. Berdasarkan undang-undang pendidikan tinggi nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, posisi pendidikan vokasi menjadi vital dan sama dengan jalur pendidikan akademik dan profesi. Pendidikan vokasi memiliki kesamaan hak dan proses sehingga menjadi alternatif pilihan masyarakat.
Indonesia harus menmpersiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi Asean Economy Community tahun 2015. Sumber daya manusia di Indonesia harus memiliki kompetensi yang memberikan solusi dan peningkatan produktivitas perusahaan. Secara terbuka akan terjadi persaingan yang ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan kompetetif. Apakah Kondisi demikian menjadi tantangan perguruan tinggi di Indonesia ?
Mengapa Pendidikan Vokasi ?
Kebutuhan akan kompetensi terapan yang langsung dapat memenuhi kebutuhan industri dilahirkan oleh lulusan pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi dalam prosesnya menekankan pada pengembangan praktek/terapan dibanding yang sifatnya teoritis. Peserta didik diberikan kemampuan yang dapat memberikan solusi dan pengembangan kreativitas berbasis potensi individu.
Pelaksanaan pendidikan vokasi di Indonesia dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan, Politeknik, Akademik, dan Universitas yang memiliki program pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi dapat dilakukan dari jenjang D-1 sampai Doktor Terapan. Melihat strategisnya pendidikan vokasi maka sosialisasi dan desiminasi informasi serta pengembangan pendidikan vokasi sangat diperlukan.
Pemerintah juga telah memberikan ruang untuk peningkatan proses dan pengembangan sumber daya manusia sampai kepada tingkatan guru besar terapan. Peluang strategis tersebut harus dijadikan momentum pengembangan pendidikan vokasi.