Selasa 06 Oct 2015 11:30 WIB

Menggugat Pendidikan Kita

Red: M Akbar
Kemdiknas menegaskan bahwa anggaran pendidikan dasar tetap yang terbesar
Kemdiknas menegaskan bahwa anggaran pendidikan dasar tetap yang terbesar

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. Misbah Fikrianto, MM, M.Si

(Peneliti Indonesia Bermutu dan Pemerhati Pendidikan)

Krisis ekonomi yang sudah mulai berimbas pada segala sektor kehidupan menjadi perhatian dan pemikiran kita semua untuk hadir memberikan solusi. Kekerasan pada anak menjadi salah satu pembahasan dalam rapat kabinet Indonesia Bersatu. Sayangnya hingga kini masih belum menjadi fokus perhatian pada Kabinet Kerja saat ini.

Padahal dampak dari kekerasan pada anak akan menjadi gerakan destruktif yang menghambat pembangunan sumber daya manusia seutuhnya. Sepantasnya jika hal ini menjadi fokus perhatian kita semua yang merasakan mirisnya kejadian kekerasan yang dialami pada anak-anak generasi penerus bangsa.

Kejadian pelecehan seksual pada sekolah internasional Jakarta International Sschool (JIS), pelecahan di Sekolah Dasar, kekerasan anak pada orang tua, tawuran remaja yang semakin marak, pelaku kejahatan begal yang berusia masih remaja merupakan trigger untuk menyadarkan semua pihak.

Secara mendadak semua pihak merasa kecolongan atas kejadian ini yang dilakukan sekolah yang belum memiliki izin. Ditambah dengan kejadian di Sukabumi yang menambah luka masyarakat dengan kekerasan anak, kejatahan begal di Depok, dan dibeberapa daerah lainnya.

Kondisi demikian menyadarkan semua pihak untuk melakukan kontribusi terhadap tindakan pencegahan. Di sinilah diperlukan kajian akademik tentang tripusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tujuannya bagaimana menjadikan kita untuk berbenah diri pada semua lini.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan penguatan pada pusat pendidikan formal (sekolah), keluarga (informal), dan masyarakat (non formal). Semua lini tersebut menjadi fungsi yang integrated. Penguatan tripusat pendidikan jangan hanya sebagai wacana dan kekuatan ide tetapi juga kebermanfaatan sosial.

Ketua IKAPI DKI Jakarta HE Afrizal Sinaro pernah mengatakan diperlukan penguatan sektor pendidikan untuk memberikan kebermaknaan sosial untuk Indonesia yang lebih baik. Ditambahkan lagi, harus ada reposisi peran guru dan orang tua dari bingkai pendidikan nasional.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement