Selasa 24 Nov 2015 06:38 WIB

Merayu Pemilih Pemula pada Pemilu

Red: M Akbar
Pemilih pemula
Foto: antara
Pemilih pemula

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sidik Pramono (mahasiswa Program Ilmu Administrasi Universitas Indonesia)

Berdasarkan definisi, pemilih pemula adalah mereka yang baru kali pertama menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Merujuk data Komisi Pemilihan Umum pada Pemilu 2014, dari total lebih dari 186,6 juta pemilih terdaftar, sekira 20-30 persennya adalah pemilih pemula. Jumlah itu meningkat dari sekitar 27 juta pemilih pemula pada 2004 dan sekitar 36 juta pada Pemilu 2009.

Jumlah tersebut tentunya merupakan ceruk potensial yang dibidik oleh siapapun peserta pemilu, termasuk kandidat pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung awal Desember mendatang. Dengan jumlah yang besar, wajarlah jika kemudian sosialisasi terhadap bakal pemilih pemula ini dilakukan intensif oleh penyelenggara pemilu, peserta pemilu dan juga organisasi nonpemerintah pegiat pemilu.

Harapan dari semua program itu adalah menjadikan pemilih pemula memahami soal dasar menyangkut pemilu, pentingnya mengikuti pemilu, dan terutama soal tatacara menggunakan hak pilih dalam pemilu. Upaya meminimalisasi suara-hangus terkesan lebih utama dalam program-program sosialiasi untuk pemilih pemula. Namun, cukupkah itu?

Harapan ideal

Idealnya, setiap pemilih adalah penentu wakil rakyat yang dipercaya akan menghasilkan program perbaikan dalam kurun waktu tertentu. Memerintah (dalam hal ini memformulasikan kebijakan publik) bukan semata-mata ranah kewewenangan (segelintir) pejabat politik dan birokrat. Warga negara adalah pemilik “perahu negara” sehingga sudah semestinya dilibatkan dalam formulasi kebijakan tersebut.

Langkah awalnya adalah dengan menentukan calon “nahkoda” yang telah menjanjikan beragam program saat musim kampanye. Lewat pilihannya tersebut, rona kebijakan publik selama lima tahun mendatang bisa tergambarkan. Mengapa memilih dan bagaimana memilih merupakan hal yang berkaitan. Kedekatan (proximity) merupakan faktor penting. Mengutip Edlin, Gelman, Kaplan (2005), tidak perlu beranjak jauh-jauh, “rasionalitas” pemilih lebih didasari pertimbangan kemanfaatan terbaik buat dirinya dan komunitas di lingkungannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement